Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antasari Ajukan Tiga Bukti Baru

Kompas.com - 06/09/2011, 08:35 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (6/9/2011) ini, akan menggelar sidang perdana permohonan Peninjauan Kembali Antasari Azhar, terpidana 18 tahun dalam kasus pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnain.

Maqdir Ismail, kuasa hukum Antasari, mengungkapkan kliennya juga akan turut hadir dalam sidang perdana tersebut. "Ya, rencananya pukul 09.00 WIB nanti, dimana Pak Antasari dan kami akan membacakan permohonan PK itu," ujar Maqdir saat dihubungi Kompas.com, di Jakarta, Selasa (6/9/2011).

Maqdir menuturkan, dalam persidangan tersebut, dirinya akan menyampaikan tiga pokok mengenai novum (bukti baru) dalam perkara tersebut. Pertama, kata Maqdir, adalah masalah novum yang berhubungan dengan Nasrudin Zulkarnain, yang akan ditampilkan dalam bentuk foto.

Kedua, mengenai adanya foto mobil tempat Nasrudin ditembak. Menurut Maqdir, dalam foto tersebut, jelas terlihat bekas tembakan dalam mobil itu vertikal, akan tetapi di kepala Almarhum (Nasrudin) itu horizontal, satu dipelipis, satu di belakang telinga sebelah kiri.

"Ahli Balistik Roy Haryanto yang ketika itu kita ajukan di sidang pun, ia bicara tentang peluru, peluru itu tidak bisa keluar dari senjata. Karena peluru yang sembilan mili itu tidak bisa digunakan untuk senjata yang dijadikan barang bukti. Karena itu adalah spesial 3,8, kalau menurut ahli balistik kan harusnya 9,8 mili sekian," jelas Maqdir.

Ketiga, lanjut Maqdir, mengenai hal-hal yang berhubungan dengan hasil penyadapan SMS (short message service). Menurutnya, dalam keterangan saksi ahli, Antasari tidak pernah mengirimkan SMS kepada Nasruddin yang bernada ancaman.

"Nah, ini dikuatkan lagi ada semacam hasil rekaman yang sudah ditranskrip mengenai penyadapan itu. Bahwa itu tidak membuktikan tidak ada hubungan antara SMS ancaman antara Antasari dan Almarhum," kata Maqdir.

Ditambahkan Maqdir, dirinya juga akan menceritakan mengenai beberapa kejanggalan dalam putusan hakim yang menyidangkan Antasari. Salah satunya, kata Maqdir, mengenai adanya pertimbangan hakim yang menceritakan seolah-olah salah satu pelaku penembakan, yakni Hendrikus pernah bersaksi di pengadilan kalau dia mengikuti Nasrudin terus menerus.

"Namun, Hendrikusnya sendiri sampai saat ini belum pernah dihadirkan ke dalam persidangan. Ini kan aneh, hakim mempertimbangkan keterangan saksi tidak secara langsung. Jadi banyak kekhilafan hakim yang akan kita sampaikan nanti dalam permohonan PK kita," kata Maqdir.

Seperti diberitakan, Antasari Ashar, dinyatakan terbukti melakukan pembunuhan berencana terhadap Nasrudin Zulkarnaen, Direktur PT Putra Rajawali Banjaran. Mantan Ketua Komisi Pemberantas Korupsi itu dijerat Pasal 55 Ayat (1) ke-2 Jo Pasal 55 (1) ke-2 KUHP Pasal 340 dengan ancaman hukuman mati. Antasari juga dituduh telah berbuat tidak senonoh dengan Rhani Juliani, istri Nasrudin.

Ia divonis 18 tahun oleh PN Jakarta Selatan pada Kamis (11/2/2010). Pada tingkat banding di Pengadilan Tinggi, permohonan Antasari juga ditolak. Namun, sejak proses penyidikan hingga persidangan, berbagai pihak menilai kasus Antasari direkayasa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Polisi Sebut Penipu Modus “Like-Subscribe” di Youtube Tak Gunakan Data Korban untuk Buka Rekening

    Polisi Sebut Penipu Modus “Like-Subscribe” di Youtube Tak Gunakan Data Korban untuk Buka Rekening

    Nasional
    Soal Peluang Nasdem Dukung Anies di Jakarta, Ahmad Ali: Hanya Allah dan Surya Paloh yang Tahu

    Soal Peluang Nasdem Dukung Anies di Jakarta, Ahmad Ali: Hanya Allah dan Surya Paloh yang Tahu

    Nasional
    Safenet: Kalau 'Gentleman', Budi Arie Harusnya Mundur

    Safenet: Kalau "Gentleman", Budi Arie Harusnya Mundur

    Nasional
    Kemenag: Jumlah Jemaah Haji Wafat Capai 316 Orang

    Kemenag: Jumlah Jemaah Haji Wafat Capai 316 Orang

    Nasional
    Haji, Negara, dan Partisipasi Publik

    Haji, Negara, dan Partisipasi Publik

    Nasional
    Tak Percaya Jokowi Sodorkan Kaesang ke Sejumlah Parpol untuk Pilkada DKI, Zulhas: Kapan Ketemunya? Tahu dari Mana?

    Tak Percaya Jokowi Sodorkan Kaesang ke Sejumlah Parpol untuk Pilkada DKI, Zulhas: Kapan Ketemunya? Tahu dari Mana?

    Nasional
    Kemenag: Jemaah Haji Sedang Haid Tidak Wajib Ikuti Tawaf Wada'

    Kemenag: Jemaah Haji Sedang Haid Tidak Wajib Ikuti Tawaf Wada'

    Nasional
    Safenet: Petisi Tuntut Menkominfo Mundur Murni karena Kinerja, Bukan Politik

    Safenet: Petisi Tuntut Menkominfo Mundur Murni karena Kinerja, Bukan Politik

    Nasional
    Pakar: PDN Selevel Amazon, tapi Administrasinya Selevel Warnet

    Pakar: PDN Selevel Amazon, tapi Administrasinya Selevel Warnet

    Nasional
    Sepekan Pemulangan Jemaah Haji, Lebih 50 Persen Penerbangan Garuda Alami Keterlambatan

    Sepekan Pemulangan Jemaah Haji, Lebih 50 Persen Penerbangan Garuda Alami Keterlambatan

    Nasional
    PAN Resmi Dukung Waketum Nasdem Ahmad Ali Maju Pilkada Sulteng

    PAN Resmi Dukung Waketum Nasdem Ahmad Ali Maju Pilkada Sulteng

    Nasional
    Sesalkan Tak Ada Pihak Bertanggung Jawab Penuh atas Peretasan PDN, Anggota DPR: Ini Soal Mental Penjabat Kita...

    Sesalkan Tak Ada Pihak Bertanggung Jawab Penuh atas Peretasan PDN, Anggota DPR: Ini Soal Mental Penjabat Kita...

    Nasional
    Data Kementerian Harus Masuk PDN tapi Tak Ada 'Back Up', Komisi I DPR: Konyol Luar Biasa

    Data Kementerian Harus Masuk PDN tapi Tak Ada "Back Up", Komisi I DPR: Konyol Luar Biasa

    Nasional
    Sebut Buku Partai yang Disita KPK Berisi Arahan Megawati, Adian: Boleh Enggak Kita Waspada?

    Sebut Buku Partai yang Disita KPK Berisi Arahan Megawati, Adian: Boleh Enggak Kita Waspada?

    Nasional
    “Saya kan Menteri...”

    “Saya kan Menteri...”

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com