Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti yang Bersahabat

Kompas.com - 21/08/2011, 03:12 WIB

Seni rupa Islam

Selepas penelitian di Sulawesi Selatan, Kenneth kembali ke Amerika. Dia menulis hasil kajian etnografisnya tentang Indonesia itu untuk jurnal ilmiah. Beberapa tahun kemudian, dia mulai mengalihkan perhatian pada seni rupa modern bernapas Islam di Indonesia.

Bagaimana Anda kemudian meneliti seni rupa Islam?

Tahun 1985, saya bertemu AD Pirous di Amerika Serikat. Selama enam minggu, saya menemaninya mengunjungi galeri, museum, studio, dan sekolah seni di sana. Saya mulai mengenal seni budaya Islam dan seni rupa modern oleh seniman Muslim.

Saya membaca laporan tentang Festival Istiqlal I tahun 1991. Tahun 1994, dapat kesempatan tinggal di rumah Pirous untuk meneliti persiapan Festival Istiqlal II yang diselenggarakan setahun kemudian, tahun 1995. Saya juga melihat festival itu serta dilanjutkan dengan kunjungan singkat pada tahun-tahun berikutnya, yaitu tahun 1997, 1998, 2001, dan tahun 2002. Bersama Pirous, saya melakukan studi etnografis tentang seni rupa Islam modern.

Bagaimana cara Anda meneliti?

Saya bukanlah Muslim dan juga tidak ahli bahasa Arab. Karena itu, saya tidak meneliti seni budaya melalui ajaran Islam, melainkan lewat kajian etnografis berdasarkan praktik beragama yang mewujud dalam kenyataan. Dengan kata lain, Islam diteliti dari perilaku sehari-hari kaum Muslim.

Saya melakukan penelitian etnografis dengan pendekatan keintiman budaya (cultural intimacy). Artinya, saya berusaha bersahabat dulu dengan lingkungan atau orang yang diteliti sehingga menjadi akrab. Dari kedekatan itu, saya mengamati, menggali, mencatat, dan akhirnya mendapatkan data-data yang diinginkan.

Pengalaman bergaul dengan intensif akan menimbulkan semacam pengertian tentang kebudayaan. Pengertian itu yang saya serap sebagai data dan kemudian diolah menjadi hasil penelitian. Hal itu terlihat dalam proses penelitian tentang Pirous.

Memang, selama berkunjung dan bergaul dengan seniman itu, Kenneth melihat dari dekat bagaimana Pirous bekerja sebagai dosen di kampus, melukis, berpikir, dan bergaul dengan teman-temannya. ”Semua saya rekam dalam banyak kaset, video, dan catatan,” katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com