Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti yang Bersahabat

Kompas.com - 21/08/2011, 03:12 WIB

Hubungan Kenneth dengan AD Pirous dan keluarganya sangat dekat. Dalam sebuah kesempatan, Pirous mengatakan, ”Ken (begitu dia menyapa peneliti itu) sangat akrab dengan keluarga kami. Bahkan, dia sudah merasa menjadi bagian dari keluarga kami.”

Bagi Kenneth, penelitian dan persahabatan tampaknya bisa saling menguntungkan. Penelitian bisa menumbuhkan persahabatan. Begitu pula, persahabatan juga dapat menghasilkan penelitian.

”Meneliti itu tak hanya memberikan kepuasan intelektual, tetapi juga saya mendapatkan banyak teman, bahkan seperti saudara,” kata Kenneth.

Hubungan persaudaraan itu melahirkan banyak artikel dan sejumlah buku tentang seni rupa AD Pirous. Tahun 2002, (bersama Mamannoor) dia menulis buku A. D. Pirous: Vision, Faith, and a Journey in Indonesian Art, 1955-2002. Buku itu diluncurkan bersamaan dengan pameran Pirous di Galeri Nasional, Jakarta.

Tahun 2005, terbit lagi tulisan Politik Kebudayaan di Dunia Seni Rupa Kontemporer: AD Pirous dan Medan Seni Indonesia. Terakhir, tahun 2009, dia menerbitkan buku Picturing Islam: Art and Ethics in a Muslim Lifeworld. Buku terakhir itu mengkaji gambaran tentang Islam yang digali dari kehidupan kesenian Pirous.

Pendekatan persahabatan juga tercermin dalam cara penulisan buku itu. Alih-alih menjadi pengamat yang berjarak, bergumul dengan teori yang njelimet atau merasa tahu lebih banyak, Kenneth justru memilih berdiri di samping Pirous yang ditelitinya, dan seperti mendorong orang itu untuk berbicara sendiri.

Apa yang Anda hasilkan dari sejumlah penelitian itu?

Islam tidak hanya diwakili oleh gambaran klasik, seperti orang yang pergi ke masjid untuk shalat. Ada banyak ekspresi yang mencerminkan Islam, salah satunya seni rupa modern yang dibuat oleh seniman Muslim. Seniman Muslim, setidaknya sebagaimana saya temukan dalam proses kreatif AD Pirous, memperlihatkan usaha untuk memujudkan spirit keislaman dalam bentuk kesenian.

Dalam lukisan kaligrafi, misalnya, penampilan visualnya sudah menarik karena indah. Ini berkaitan dengan keterampilan untuk mengolah unsur-unsur estetika seni rupa. Secara tekstual, lukisan itu juga bermakna karena mengutip teks kaligrafi yang bersumber dari ayat Al Quran atau hadis. Bagi orang yang mengerti bahasa Arab, itu menjadi pesan yang sangat bernilai.

Lebih dari itu, ada juga unsur mengingatkan orang lain tentang etika. Meski tidak dilakukan secara massal, lukisan seperti itu bisa merangsang orang lain yang melihatnya untuk merenungkan teks dalam lukisan itu. Jadi, karya seni itu hanya tidak dibuat untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain, publik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com