Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Periksa Dewie Yasin Limpo dan Rara

Kompas.com - 08/08/2011, 08:52 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Rara, cucu mantan hakim Mahkamah Konstitusi Arsyad Sanusi, dan Dewie Yasin Limpo akan diperiksa penyidik Bareskrim Polri, Senin (8/8/2011), terkait kasus pemalsuan surat keputusan MK dalam sengketa Pemilu 2009 di Daerah Pemilihan Sulawesi Selatan I.

"Mereka diperiksa sebagai saksi," kata Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Anton Bachrul Alam melalui pesan singkat.

Seperti diberitakan, Dewi diduga memiliki peranan penting dalam kasus itu. Dalam putusan MK, calon legislatif Partai Hanura dari Daerah Pemilihan Sulsel I itu tak mendapat kursi di DPR. Surat keputusan MK lalu dipalsukan sehingga Dewie memperoleh kursi.

Setelah itu, MK mengoreksi keputusan Komisi Pemilihan Umum dan memberikan kursi kepada Mestariani Habie dari Partai Gerindra. KPU lalu membatalkan keputusan, tiga hari kemudian.

Sekretaris Jenderal MK Janedjri M Gaffar ketika menyampaikan hasil investigasi internal MK di hadapan Panitia Kerja Mafia Hukum DPR mengatakan, Dewie berusaha menggunakan jasa dari Arsyad dan putrinya, Neshawaty, untuk mengurus kasusnya.

Disebutkan, Dewie juga berusaha mendekati Zainal Arifin (saat menjabat panitera di MK) dan Nalom Kurniawan (saat menjabat paniter pengganti MK) agar MK membuat surat jawaban ke KPU dengan substansi "penambahan suara".

I Gusti Putu Artha mengaku pernah diiming-imingi uang oleh Dewie. "Dia mengatakan, 'Untuk segala sesuatunya gampang, bisa hubungi saya ke nomor ini.' Dia berikan iming-iming, tetapi saya tak ingat jumlah pastinya. Dia kasih saya kartu nama. Kartunya saya ambil, tetapi saya curiga niat dia sudah enggak baik. Saya langsung giring dia keluar dari ruangan saya," kata Putu. Dewie membantah pernah memberikan iming-iming kepada Putu.

Hingga saat ini, penyidik baru menetapkan satu tersangka, yakni Masyhuri Hasan, mantan juru panggil MK. Penyidik masih mengumpulkan barang bukti dan keterangan saksi untuk menjerat pihak lain.

"Kami masih mengumpulkan bukti-bukti yang lain. Keterangan saksi yang masih bertentangan masih kita cross check dulu sehingga ketika melangkah lebih lanjut tidak ada yang salah," kata Kepala Bareskrim Polri Inspektur Jenderal Sutarman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi May Day, Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

    Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi May Day, Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

    Nasional
    Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

    Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

    Nasional
    Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

    Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

    Nasional
    Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

    Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

    Nasional
    Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

    Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

    Nasional
    Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

    Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

    Nasional
    Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

    Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

    Nasional
    'Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?'

    "Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?"

    Nasional
    Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

    Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

    Nasional
    Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

    Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

    Nasional
    Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

    Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

    Nasional
    Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

    Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

    Nasional
    Daftar Aliran Uang Kementan ke SYL dan Keluarga: 'Skincare' Anak, Ultah Cucu, hingga Bulanan Istri

    Daftar Aliran Uang Kementan ke SYL dan Keluarga: "Skincare" Anak, Ultah Cucu, hingga Bulanan Istri

    Nasional
    Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman Bersepeda Bareng di Mataram

    Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman Bersepeda Bareng di Mataram

    Nasional
    'Jokowi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P Berkoalisi dengan Prabowo'

    "Jokowi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P Berkoalisi dengan Prabowo"

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com