Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dewi Akui ke Rumah Zainal dan Arsyad

Kompas.com - 07/07/2011, 23:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Politisi Partai Hanura, Dewi Yasin Limpo, hadir dalam pemanggilan Panja Mafia Pemilu, Kamis (7/7/2011) di Gedung DPR. Dewi mengakui pernah mendatangi rumah mantan Panitera Mahkamah Konstitusi Zainal Arifin dan mantan Hakim Konstitusi Arsyad Sanusi, pada hari yang sama, 16 Agustus 2009.

Ia mendatangi rumah Zainal karena sebelumnya ditelepon oleh juru panggil MK, Masyhuri Hasan. Hasan mengabarkan bahwa ada surat KPU yang masuk ke MK dan berhubungan dengan putusan MK terkait sengketa pemilu. "Hasan telepon saya, katakan, 'Ada surat dari KPU terkait dapil ibu (Dapil Sulawesi Selatan I). Itu serius lho'. Lalu dia tawarkan saya ketemu Zainal. Katanya, Pak Zainal itu baik kok, sudah seperti ayah saya sendiri. Coba temui dia (Zainal)," tutur Dewi di hadapan Panja.

"Saya bertanya-tanya apa lagi yang salah dari KPU? Kan sudah putusan MK. Nah dia suruh saya ketemu Zainal, yang katanya lebih tahu," kata Dewi.

Meskipun mengaku tak mengenal Zainal, Dewi memutuskan tetap mendatangi rumahnya. Dari sinilah semua cerita Dewi membalikkan semua fakta yang diungkapkan oleh Tim Investigasi MK dan staf-staf MK lainnya, terutama Zainal Arifin.

Berikut kronologi kedatangan Dewi ke rumah Arsyad dan Zainal:

Pada Minggu, 16 Agustus 2009, siang hari, Dewi tengah berada di ITC Cempaka Mas. Menurut dia, saat itu ia tengah berbelanja dan merasa lapar. Ia kemudian pergi ke tempat sahabatnya Tira, ibu dari Rara (cucu Arsyad Sanusi). "Di situ kami mengobrol dan kemudian ditelepon oleh istrinya Pak Arsyad. Dia mengatakan, di rumahnya lagi masak pisang ijo dan konro. Terus Tira katakan ada saya. Ibu Arsyad lalu meminta kami datang ke rumahnya," ungkap Dewi di hadapan Panja Mafia Pemilu.

Saat itu, menurut Dewi, tidak ada Hasan ketika tiba di rumah Arsyad di Apartemen Pejabat Tinggi Kemayoran. Ketika ditanya, apakah saat itu terjadi pembahasan mengenai surat putusan MK, Dewi membantahnya. Menurut Dewi, saat itu ia sama sekali tidak membahas perkaranya dengan Arsyad. Mereka makan masakan istri Arsyad.

"Saya ke rumah Arsyad, ini sudah selesai, sudah basi perkaranya. Kan sudah ada putusan MK. Ngapain bahas itu. Saya enggak ketemu Arsyad, dia di mana, saya di mana," tuturnya.

Ia mengatakan, Hasan baru datang beberapa lama setelah ia sampai di tempat itu. Saat itu Hasan bersama Rara. Padahal, menurut Tim Investigasi MK, pada 16 Agustus 2009, Hasan mengaku mendatangi rumah Arsyad karena diminta oleh Arsyad dan Nesha. Saat kedatangan Hasan itu, telah ada Dewi Yasin Limpo. Mereka meminta salinan konsep surat jawaban putusan MK. Pernyataan MK itu dibantah oleh Dewi.

"Setelah itu Hasan datang belakangan dengan Rara, karena bilang mereka pacaran itu. Tidak ada kita membahas apa-apa," ujarnya. "Lalu kami pulang, Kami kemudian pulang, turunnya tidak barengan, saya dan Tira turun, kemudian Hasan dan Rara. Di tempat parkir Hasan bilang soal surat KPU yang ke MK, katanya ada yang serius, soal daerah pemilihan saya. Kemudian dia katakan coba temui saja Pak Zainal. Setelah itu Hasan menelepon Pak Zainal. Bilang saya mau silaturahmi. Kemudian saya bicara dengan Zainal dengan handphone Hasan itu, saya katakan saya mau silaturahmi dan sekaligus mau bertanya," papar Dewi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Nasional
Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Nasional
Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Nasional
Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem 'Mualaf Oposisi'

Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem "Mualaf Oposisi"

Nasional
Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi 'King Maker'

Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi "King Maker"

Nasional
Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Nasional
Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Nasional
Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Nasional
Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Nasional
Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Nasional
Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Nasional
Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Nasional
UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

Nasional
Jemaah Haji Tak Punya 'Smart Card' Terancam Deportasi dan Denda

Jemaah Haji Tak Punya "Smart Card" Terancam Deportasi dan Denda

Nasional
Sebelum Wafat, Jampidum Kejagung Sempat Dirawat di RSCM 2 Bulan

Sebelum Wafat, Jampidum Kejagung Sempat Dirawat di RSCM 2 Bulan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com