Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menko Polhukam: Nazaruddin Harus Pulang

Kompas.com - 29/05/2011, 19:34 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto, Minggu (29/5/2011), menegaskan, mantan Bendahara Umum DPP Partai Demokrat M Nazaruddin harus pulang ke Indonesia dan memberikan kesaksian terkait kasus yang melibatkannya.

Terkait hal itu, Djoko telah meminta Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Kepala Polri Jenderal (Pol) Timur Pradopo, dan Kepala Badan Intelijen Negara Sutanto untuk melakukan upaya agar kader partai bentukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu bisa kembali ke Tanah Air.

Seperti diberitakan, Nazaruddin, yang diduga terlibat dalam percobaan suap terhadap Sekjen Mahkamah Konstitusi, sejak 23 Mei lalu sudah berangkat ke Singapura. Kabarnya, kepergian Nazaruddin ke Negeri Singa untuk mengobati kelainan jantung yang dia idap.

Djoko mengatakan, selain pentingnya kehadiran Nazaruddin di Indonesia, keselamatan Nazaruddin juga harus dijamin agar ia bisa kembali ke Indonesia dan dapat menjelaskan kasus yang ia hadapi. Demikian disampaikan Djoko Suyanto kepada Kompas, Minggu (29/5/2011) sore di Jakarta.

"Ini antisipasi kami kepada jajaran pemerintah meskipun sampai sekarang belum ada pemanggilan dari KPK. Jadi, kami minta Menlu, Kapolri, dan Kepala BIN mengupayakan Nazaruddin pulang," ujar Djoko.

Menurut Djoko, jika Nazaruddin tidak kembali ke Indonesia, kasus yang kini tengah bergulir justru akan makin tidak jelas. "Keputusan ini diputuskan setelah rapat koordinasi bidang politik, hukum, dan keamanan, akhir pekan ini. Akan tetapi, bukan karena adanya kasus Nazaruddin. Rakor polhukam rutin saja diadakan," jelas Djoko.

Saat ditanya soal pesan layanan singkat (SMS) yang seolah-olah dari Nazaruddin—yang beredar di kalangan masyarakat terkait dengan tudingan keterlibatan Partai Demokrat dalam kasus Bank Century, kasus teknologi informasi (IT) pemilu yang melibatkan kader Partai Demokrat, Anas Urbaningrum dan Andi Nurpati, serta kasus lainnya—Djoko mengatakan agar pers dan publik tak mudah percaya.

"Coba kalau Anda ingin membeli nomor telepon baru dan mendapatkan KTP yang palsu, itu kan mudah saja. Termasuk mudah saja mengirim SMS yang berisikan fitnah seperti itu. Jadi, jangan dipercaya SMS itu. Pers harus memberikan pencerahan," kata Djoko.

Djoko menambahkan, berdasarkan informasi yang dia terima dari rekan-rekan Nazaruddin, SMS yang beredar sekarang itu bukan berasal dari pihak Nazaruddin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

    Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

    Nasional
    Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

    Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

    Nasional
    Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

    Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

    Nasional
    Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

    Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

    Nasional
    Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

    Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

    Nasional
    Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

    Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

    Nasional
    Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

    Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

    Nasional
    Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

    Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

    Nasional
    Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

    Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

    Nasional
    Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

    Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

    Nasional
    KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

    KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

    Nasional
    Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

    Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

    Nasional
    Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

    Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

    Nasional
    Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

    Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com