Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Kekerasan,Jurnalis Mengadu ke DPR

Kompas.com - 10/05/2011, 20:36 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Seorang jurnalis kontributor Vivanews, Harian Lokal Bintang Papua dan The Jakarta Globe, Banjir Ambarita (Bram), mengadukan tindakan kekerasan yang dialaminya kepada Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (10/5/2011). Bram ditusuk oleh pelaku yang diduga oknum polisi di Jayapura, Papua, 3 Maret 2011.

Bram, yang diterima anggota Komisi III asal Fraksi PDI Perjuangan, Eva Kusuma Sundari, menceritakan, ia menduga kuat penikaman yang diterimanya terkait berita investigasi tentang oknum polisi yang melakukan pemerkosaan terhadap seorang tahanan wanita di Rumah Tahanan Jayapura. Peristiwa tersebut dirahasiakan polisi dari publik dan keluarga wanita itu.

"Saya masih trauma setelah mengalami penusukan tersebut, termasuk teman-teman jurnalis di Papua. Apalagi sampai sekarang kasus ini belum bisa diselesaikan oleh pihak kepolisian Jayapura. Mereka mengatakan, penusukan itu kemungkinan kasus perampokan, tetapi mereka (kepolisian) juga tidak bisa buktikan itu," ujar Bram.

Selain dugaan akibat pemberitaan itu, ia juga menduga tindakan kekerasan keterkaitan pemberitaannya mengenai pelanggaran HAM di Matembo Papua, yang dimuat di surat kabar The Jakarta Globe sekitar enam bulan lalu. Dalam berita itu, ia membeberkan dugaan keterlibatan Kapolres Jayapura yang ikut memimpin terjadinya sejumlah kekerasan di Matembo.

"Saat saya wawancara langsung, dia menyatakan bahwa dia yang memimpin langsung operasi itu dan anggotanya juga. Saya mau beritakan, dia (Kapolres Jayapura) bilang jangan diberitakan karena itu hanya manuver kelompok separatis yang menyudutkan polisi. Tapi tetap saya beritakan (tayang) 4 Agustus di Jakarta Globe. Mungkin itu yang juga, jika saya runut dari awal, dugaan latar belakang saya ditikam," ujarnya.

Bram yang ditemani wakil dari Aliansi Jurnalis Independen, Asep Kamarudin, meminta DPR mendorong penyelesaian kasus-kasus kekerasan terhadap jurnalis yang selama ini tak pernah tuntas. Para pelaku cenderung dibiarkan sehingga kasus-kasus yang sama terus terjadi.

"Kasus ini (kasus Bram) merupakan bagian kecil yang dilakukan aparat penegak hukum maupun sipil. Kami melihat terjadi impunitas. Kami menghitung sejak Januari 2010 hingga akhir 2010 terdapat 46 kasus kekerasan terhadap wartawan, tiga di antaranya kasus kematian wartawan. Tidak sama sekali tuntas kasus-kasus tersebut," kata Asep

Eva menyatakan, pihaknya akan mengirimkan surat kepada Kapolda Jayapura untuk menanyakan perkembangan kasus Bram tersebut. Ia juga menyatakan akan meminta keterangan dalam rapat kerja dengan Kapolri Jenderal Timur Pradopo terkait tindak lanjut terhadap berbagai kekerasan terhadap jurnalis oleh aparat penegak hukum maupun masyarakat sipil.

"Kita akan angkat ke permukaan mengenai kasus ini. Kita memang sudah cukup banyak mendengar aduan-aduan ini dan kami bisa janjikan rapat kerja dengan Kapolri. Saya akan konfirmasi mengenai situasi itu," tukasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kepala BNPT Apresiasi Densus 88 yang Proaktif Tangkap Residivis Teroris di Cikampek

Kepala BNPT Apresiasi Densus 88 yang Proaktif Tangkap Residivis Teroris di Cikampek

Nasional
Pertamina Luncurkan 'Gerbang Biru Ciliwung' untuk Kembangkan Ekosistem Sungai

Pertamina Luncurkan "Gerbang Biru Ciliwung" untuk Kembangkan Ekosistem Sungai

Nasional
Kriminolog Nilai Penjudi Online Mesti Dipandang sebagai Pelaku Pidana

Kriminolog Nilai Penjudi Online Mesti Dipandang sebagai Pelaku Pidana

Nasional
Harun Masiku Nyaris Diringkus di 2021, tapi Gagal Akibat KPK Ribut Internal

Harun Masiku Nyaris Diringkus di 2021, tapi Gagal Akibat KPK Ribut Internal

Nasional
Satgas Pangan Polri Awasi Impor Gula yang Masuk ke Tanjung Priok Jelang Idul Adha 2024

Satgas Pangan Polri Awasi Impor Gula yang Masuk ke Tanjung Priok Jelang Idul Adha 2024

Nasional
Eks Penyidik KPK Curiga Harun Masiku Tak Akan Ditangkap, Cuma Jadi Bahan 'Bargain'

Eks Penyidik KPK Curiga Harun Masiku Tak Akan Ditangkap, Cuma Jadi Bahan "Bargain"

Nasional
Sosiolog: Penjudi Online Bisa Disebut Korban, tapi Tak Perlu Diberi Bansos

Sosiolog: Penjudi Online Bisa Disebut Korban, tapi Tak Perlu Diberi Bansos

Nasional
KPK Hampir Tangkap Harun Masiku yang Nyamar Jadi Guru di Luar Negeri, tapi Gagal karena TWK

KPK Hampir Tangkap Harun Masiku yang Nyamar Jadi Guru di Luar Negeri, tapi Gagal karena TWK

Nasional
Minta Kemenag Antisipasi Masalah Saat Puncak Haji, Timwas Haji DPR: Pekerjaan Kita Belum Selesai

Minta Kemenag Antisipasi Masalah Saat Puncak Haji, Timwas Haji DPR: Pekerjaan Kita Belum Selesai

Nasional
Timwas Haji DPR RI Minta Kemenag Pastikan Ketersediaan Air dan Prioritaskan Lansia Selama Puncak Haji

Timwas Haji DPR RI Minta Kemenag Pastikan Ketersediaan Air dan Prioritaskan Lansia Selama Puncak Haji

Nasional
Timwas Haji DPR Minta Oknum Travel Haji yang Rugikan Jemaah Diberi Sanksi Tegas

Timwas Haji DPR Minta Oknum Travel Haji yang Rugikan Jemaah Diberi Sanksi Tegas

Nasional
Kontroversi Usulan Bansos untuk 'Korban' Judi Online

Kontroversi Usulan Bansos untuk "Korban" Judi Online

Nasional
Tenda Haji Jemaah Indonesia di Arafah Sempit, Kemenag Diminta Beri Penjelasan

Tenda Haji Jemaah Indonesia di Arafah Sempit, Kemenag Diminta Beri Penjelasan

Nasional
MUI Minta Satgas Judi Online Bertindak Tanpa Pandang Bulu

MUI Minta Satgas Judi Online Bertindak Tanpa Pandang Bulu

Nasional
Tolak Wacana Penjudi Online Diberi Bansos, MUI: Berjudi Pilihan Hidup Pelaku

Tolak Wacana Penjudi Online Diberi Bansos, MUI: Berjudi Pilihan Hidup Pelaku

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com