Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eddy Sumarsono dan Anggodo Saling Bantah

Kompas.com - 22/03/2011, 19:58 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Persidangan kasus upaya percobaan penyuapan terhadap dua pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan terdakwa Ary Muladi, Selasa (22/3/2011) mengagendakan konfrontasi antara mantan pemimpin redaksi Tabloid Investigasi, Eddy Sumarsono dan Anggodo Widjojo. Dalam persidangan tersebut, Anggodo dan Eddy saling bantah terkait uang Rp 6 miliar untuk membantu kasus kakak Anggodo, Anggoro Widjojo dan terkait peran Ary Muladi dalam upaya penyuapan.

Dalam keterangannya, Eddy Sumarsono yang dekat dengan Ketua KPK, Antasari Azhar mengaku tidak pernah meminta Rp 6 miliar kepada Anggodo. Ia membantah pernyataan Anggodo yang juga terpidana dalam kasus upaya penyuapan itu bahwa permintaan uang itu untuk membantu Anggoro, kakak Anggodo yang diduga terlibat dalam korupsi pengadaan Sistem Komunikasi Radio Terpadu (SKRT) pada 2007 dengan tersangka Yusuf Erwin Faisal.

Eddy justru mengatakan bahwa Anggodo telah menggelontorkan Rp 6 miliar kepada pimpinan KPK sebelum bertemu dengannya. "Saya lagi cari info di Kejagung secara kebetulan ada Anggodo, datang lebih awal. Irwan (Nasution) tanya ke (Anggodo) apakah uang Rp 6 M sampai ke yang bersangkutan (pimpinan KPK)?" ujar Eddy di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta.

Sementara Anggodo membantah hal tersebut. Ia bersikukuh mengatakan bahwa Eddy pernah meminta Rp 12 miliar kepadanya yang kemudian disepakati menjadi Rp 6 miliar untuk membantu perkara Anggoro. Permintaan Eddy tersebut, lanjut Anggodo memang tidak disebutkannya dalam kronologis kejadian di Badan Reserse Kriminal. "Karena saya bikin kronologisnya yang singkat-singkatnya saja," ujar Anggodo.

Selain meminta pertolongan pada Eddy, Anggodo juga meminta pertolongan pada Ary Muladi yang diketahuinya dekat dengan Deputi Penindakan KPK, Ade Rahardja. Kesepakatan Anggodo dengan Ary tersebut, menurut Anggodo, pada akhirnya diketahui oleh Eddy. Namun hal tersebut juga dibantah Eddy.

Dalam dakwaan Ary Muladi, nama Eddy dan Anggoro turut disebut. Anggoro disebut bersama Ary turut melakukan pemufakatan jahat untuk memberikan uang suap Rp 5,15 miliar untuk dua pimpinan dan penyidik KPK.

Uang tersebut dimaksudkan agar KPK meringankan atau tidak melanjutkan proses hukum yang melibatkan kakak Anggodo, Anggoro Widjojo dan PT Masaro Radiokom dalam penyidikan perkara tersangka Yusuf Erwin Faisal terkait kasus korupsi pengadaan Sistem Komunikasi Radio Terpadu (SKRT) pada 2007.

Sementara Eddy Sumarsono disebut memberi saran kepada Anggodo agar menyerahkan Rp 1 Miliar dalam bentuk dollar Singapura kepada pimpinan KPK, Chandra M Hamzah agar mencabut pencekalan terhadap Anggoro.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis 'Pernah', Apa Maknanya?

Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis "Pernah", Apa Maknanya?

Nasional
Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Nasional
Pengamat: Anies Ditinggal Semua Partai Pengusungnya, Terancam Tak Punya Jabatan Apapun

Pengamat: Anies Ditinggal Semua Partai Pengusungnya, Terancam Tak Punya Jabatan Apapun

Nasional
Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Nasional
Menlu Sebut Judi Online Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Menlu Sebut Judi Online Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Nasional
PDI-P Percaya Diri Hadapi Pilkada 2024, Klaim Tak Terdampak Jokowi 'Effect'

PDI-P Percaya Diri Hadapi Pilkada 2024, Klaim Tak Terdampak Jokowi "Effect"

Nasional
Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Nasional
Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode sejak Menang Pilpres 2019

Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode sejak Menang Pilpres 2019

Nasional
Ikut Kabinet atau Oposisi?

Ikut Kabinet atau Oposisi?

Nasional
Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Nasional
Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Nasional
Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Nasional
Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Nasional
PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

Nasional
Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com