Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inilah Impian Tantowi Yahya Pimpin DKI

Kompas.com - 21/03/2011, 10:51 WIB
Sabrina Asril

Penulis

Strategi apa yang akan anda lakukan untuk menarik simpati publik?

Kami memang sudah memetakan dukungan kami kuat di mana saja, tapi saya masih belum bisa membongkarnya karena ini termasuk salah satu strategi tim. Nanti keburu ketahuan lawan, kan? Hahahahaaa...

Tapi yang jelas, saya memang menyadari di Jakarta ini tingkat apatismenya sangat tinggi, golput-nya tinggi. Tidak bisa disalahkan juga. Maka, untuk kalangan yang golput ini akan coba saya rangkul, karena jumlahnya sangat signifikan dan potensial. Saya akan coba mencari tahu alasan mereka, kenapa mereka golput dan pemimpin seperti apa yang mereka inginkan. Pemimpin yang menjadi harapan mereka itu sebenarnya bagaimana, itu kami harus tahu.

Program yang akan diunggulkan?

Saya tahu harapan penduduk dan masyarakat Jakarta sebenarnya sama, inginnya agar Jakarta aman dan nyaman. Aman merujuk pada kemanan, dan nyaman merujuk pada tidak macet, tidak banjir, kualitas hidup bagus, polusi bisa diredam, dan menciptakan silaturahmi. Jakarta ini sudah jadi kota berbudaya tapi masyarakatnya sudah semakin individualis. Antarorang tidak mau tahu apa yang terjadi dengan orang di sampingnya. Saya mau mengubah ini.

Selain itu, setiap kandidat pasti mengusung program yang sama, yakni mengutamakan soal banjir dan kemacetan. Sebagaimana yang pernah saya ucapkan, ada tiga soal yang jadi fokus saya kalau menjadi gubernur, yakni masalah transportasi publik, ruang terbuka publik, dan infrastrukrur.

Masalah transportasi publik, Pak Sutiyoso sebenarnya sudah bagus membangun busway. Karena selain paling murah (dibanding MRT dan monorel), juga bisa cepat dilaksanakan. Karena tidak perlu membangun jalan baru, melainkan memanfaatkan jalan yang sudah ada. Tapi sayangnya, entah mengapa, ini tidak dilanjutkan di era gubernur selanjutnya. Saya pernah duduk mendengarkan paparan dari Pak Sutiyoso, saya rasa program busway itu bagus, saya pikir visi beliau dalam menangani masalah transportasi publik bagus. Mestinya ini dilanjutkan...

Selain itu, predikat Jakarta sebagai kota dengan mal terbanyak di dunia sebenarnya tidak bisa juga kita banggakan. Kenapa? Yang pertama, banyak pedagang pasar tradisional yang akhirnya merugi. Kedua, menumbuhkan sifat konsumerisme sejak dini. Bayangkan, di Jakarta karena tidak memiliki ruang terbuka yang banyak, setiap weekend pasti perginya ke mal bawa anak-anak juga. Dengan begini sama saja mengajarkan konsumerisme dari kecil.

Ketiga, pertumbuhan mal ini justru mengurangi lahan publik. Singapura dan Indonesia sebenarnya problemnya sama, macetnya juga sama, tapi transportasi publik mereka baik dan ruang terbukanya juga banyak. Jadi, warganya bisa beraktivitas di situ, enggak terkungkung di dalam rumah. Warga Singapura tidak perlu bermacet-macetan karena sarana transportasinya modern, terintegrasi, dan tepat waktu. Kemudian mereka tinggal di rumah-rumah susun, apartemen yang umumnya memiliki ruang terbuka hijau yang aman dan nyaman, sehingga sepulang kerja mereka masih bisa beraktivitas di ruang publik itu. 

Jika terpilih menjadi Gubernur DKI, Anda memimpikan Jakarta sebagai kota yang bagaimana selama lima tahun mendatang?

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com