Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petisi 28 Desak DPR Panggil Dubes AS

Kompas.com - 17/03/2011, 17:32 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Selain mendatangi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Petisi 28 mendatangi DPR meminta Komisi I dan Komisi III DPR menindaklanjuti informasi dari WikiLeaks yang berkaitan dengan dugaan penyalahgunaan wewenang oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan keluarga.

"WikiLeaks bukan informasi sampah, bukan gosip, bukan fiksi, bukan finah tapi fakta intelijen," kata Haris Roesli, koordinator Petisi 28 saat jumpa pers di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (17/3/2011).

Petisi 28 mendesak Komisi I DPR memanggil Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk mendapatkan informasi terkait dugaan penyalahgunaan wewenang oleh Presiden Yudhoyono dan keluarga. Sedangkan Komisi III DPR, khususnya Tim Pengawas Century diminta menjadikan informasi WikiLeaks terkait Century dan dana kampanye SBY sebagai bahan acuan.

Menanggapi hal tersebut, anggota Komisi III DPR dari Fraksi Golkar, Bambang Soesatyo mengatakan bahwa pihaknya akan memilah-milah informai WikiLeaks terlebih dahulu. "Mana yang bisa kami lanjuti dan mana yang tidak. Kami akan tindaklanjuti berbagai dugaan intervensi hukum," katanya dalam kesempatan yang sama.

Demikian juga dengan anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Golkar, Fayakhun Andriadi. Komisi I, katanya, berencana memanggil Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa terkait informasi WikiLeaks tersebut. "Anggota Komisi I sudah melangkah lebih jauh. Kita tidak hanya concern minta klarifikasi ke Kedubes AS. Mekanisme sudah kita tempuh. Dalam waktu dekat akan terealisasi. Kita sudah panggil Kepala BIN, Kepala Lembaga Sandi Negara, dan Menlu datang kira-kira Senin depan," ungkapnya.

Menurut Fayakhun, Komisi I merasa perlu mengambil sikap terhadap bocornya kawat-kawat diplomatik rahasia Kedutaan Besar AS di Jakarta melalui WikiLeaks itu. Sebab, tidak menutup kemungkinan WikiLeaks membocorkan hal-hal yang mengancam pertahanan nasional seperti jumlah persenjataan dan sebagainya.

Terkait pertahanan nasional, Haris menilai, Presiden Susilo Bambang Yuhdoyono gagal membangun benteng kuat negara dari intervensi asing. "Bahkan dalam istana sendiri ada informan. Percakapan SBY dengan BIN bisa direkam diplomat," tandasnya.

Seperti diberitakan, WikiLeaks membocorkan kawat diplomati rahasia Kedutaan Besar AS di Jakarta. WikiLeaks menyebutkan bahwa Yudhoyono menggunakan kekuasaannya untuk mengintervensi proses hukum terhadap Taufik Kiemas. Informasi tersebut kemudian dikutip dua harian Australia, The Age dan Sydney Morning Herald. Laporan utama The Age pada Jumat (11/3/2011) bertajuk "Yudhoyono Abused Power".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

    Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

    Nasional
    Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

    Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

    Nasional
    Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

    Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

    Nasional
    Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

    Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

    Nasional
    Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

    Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

    Nasional
    Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

    Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

    Nasional
    Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

    Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

    Nasional
    Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

    Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

    Nasional
    KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

    KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

    Nasional
    Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

    Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

    Nasional
    Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

    Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

    Nasional
    Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

    Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

    Nasional
    Waspada MERS-CoV, Jemaah Haji Indonesia Diminta Melapor Jika Alami Demam Tinggi

    Waspada MERS-CoV, Jemaah Haji Indonesia Diminta Melapor Jika Alami Demam Tinggi

    Nasional
    Khofifah-Emil Dardak Datangi Rumah Airlangga, Klaim Sudah Didukung Golkar Maju Pilkada Jatim

    Khofifah-Emil Dardak Datangi Rumah Airlangga, Klaim Sudah Didukung Golkar Maju Pilkada Jatim

    Nasional
    Kemenag Ingatkan Jemaah Haji Dilarang Bentangkan Spanduk dan Bendera di Arab Saudi

    Kemenag Ingatkan Jemaah Haji Dilarang Bentangkan Spanduk dan Bendera di Arab Saudi

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com