Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Negara Gagal Jamin Kebebasan Beragama

Kompas.com - 24/01/2011, 18:03 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Setara Institute menyatakan negara, dalam hal ini pemerintah, gagal menjamin kebebasan beragama dan berkeyakinan di Indonesia. Hal ini mengakibatkan terjadi 216 kasus pelanggaran kebebasan beragama di Indonesia.

"Karena ketidaktegasan pemerintah. Selama ini pemerintah pusat menyerahkan ke pemerintah daerah. Tapi, belum tentu pemda bisa melaksanakannya karena tidak ada kapasitas yang cukup. Bahkan, ada juga elite-elite daerah yang justru menggunakan isu itu untuk mencari dukungan politik dari kelompok pelanggar, bukan untuk menyelesaikan pelanggarannya," kata Wakil Ketua Setara Institute Bonar Tigor Naipospos, Senin (24/1/2011).

Bonar menambahkan, pemerintah pusat baru akan mengambil alih kasus pelanggaran jika peristiwa tersebut sudah dianggap berbahaya dan mengancam keamanan publik.

Dalam pemerintahan SBY 2010, lanjut Bonar, hanya dua kasus yang mendapat perhatian langsung dari pemerintah pusat. Dua kasus tersebut adalah insiden penganiayaan jemaat HKBP, penatua Hasian Lumban Toruan Sihombing dan Pendeta Luspida Simanjuntak, di Bekasi, 12 September 2010, oleh orang-orang tak dikenal.

Kasus lain, penyerangan masjid jemaah Ahmadiyah Desa Manis Lor, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Penyerangan itu dilakukan setelah kegiatan istigasah yang dihadiri ratusan orang.

Sebelumnya, muncul desakan agar Pemerintah Kabupaten Kuningan menutup tempat-tempat ibadah warga Ahmadiyah di desa tersebut. "Pemerintah pusat hanya bereaksi pada dua peristiwa kasus HKBP dan Manis Lor," katanya.

Sisanya tidak ada penyelesaian yang jelas dari pusat. Sebanyak 40 persen dari 216 kasus pelanggaran 2010 di Indonesia ini sebenarnya kasus yang sudah lama, tapi masih terus terjadi. "Ini kan menunjukkan ketidakberpihakan pemerintah pada kebebasan beragama," kata Bonar.

Setara Institute juga menyesali pernyataan SBY yang menyebutkan dalam pemerintahannya sejak 2004 tidak ada pelanggaran HAM berat yang terjadi. SBY dianggap melakukan kekeliruan mendasar dari pengertian HAM dan menunjukkan kegagalan pemerintah menyikapi pelanggaran kebebasan beragama yang menjadi salah satu poin pelanggaran HAM.

"Presiden SBY keliru dalam pengertian HAM. Kasus-kasus pelanggaran kebebasan beragama kan juga bagian dari pelanggaran HAM. Selama pemerintahannya, sudah banyak pelanggaran ini terjadi. Itulah mengapa ia (SBY) dikatakan berbohong oleh beberapa pemuka agama. Pemerintah seharusnya lebih bertindak konkret menanggapi konflik-konflik seperti ini," ujar Ketua Setara Institute Hendardi. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

Nasional
Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Nasional
Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com