KOMPAS.com — Para wartawan yang akan mengikuti perjalanan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Nyonya Ani Yudhoyono ke Belanda diminta sudah tiba di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, pukul 11.00 waktu setempat. Pukul 12.10, para wartawan diminta naik ke pesawat kepresidenan yang siap tinggal landas.
Para wartawan duduk di bagian belakang pesawat. Para pramugari Garuda telah mengedarkan handuk kecil basah panas untuk wartawan. Kemudian sejumlah pembantu Presiden dan Ny Ani Yudhoyono menyusul masuk ke pesawat dan duduk di bagian tengah. Para pejabat teras Istana Negara juga masuk ke pesawat.
Setelah handuk kecil panas, pramugari membagikan berbagai macam minuman, jus apel, jeruk, tomat, dan lain-lainnya.
Sepengetahuan wartawan yang telah siap di dalam pesawat ini, Presiden dan para menteri serta pejabat lainnya sedang mengadakan jumpa pers di ruang tunggu VVIP. Untuk menunggu Presiden dan rombongan ini masuk ke pesawat dan tinggal landas, sebagian wartawan tidur. Wartawan lainnya berceloteh atau membuat berita untuk dikirimkan ke kantor masing-masing lewat berbagai alat elektronik.
Sekitar pukul 13.10, belum ada tanda-tanda Presiden dan rombongan inti masuk ke pesawat. Beberapa wartawan yang tidur satu per satu bangun karena gurauan mereka semakin keras. ”Ini jadi berangkat atau tidak, sih,” kata seorang wartawati.
Wartawati lainnya, yang suka bergurau, sempat mengatakan, ”Kalau Presiden jadi berangkat, akan ada berita ’tidak benar, Presiden takut pada tekanan sekelompok kecil di Belanda’. Kalau tidak berangkat, akan muncul berita sebaliknya.” Semakin menggelisahkan Karena terlalu lama menunggu, sebagian wartawan minta disediakan mi instan. Setelah perut terisi, masih ada persoalan lain dalam penantian di dalam pesawat ini, yakni buang air kecil atau besar. ”Pemakaian toilet belum bisa sekarang, tunggu setelah di atas angkasa,” ujar seorang pramugari.
Selanjutnya terjadi kontak antara wartawan di dalam pesawat dan wartawan di ruang tunggu yang tidak ikut perjalanan. ”Kemungkinan tidak jadi berangkat,” ujar wartawan yang berada di ruang tunggu.
Sementara itu, para pembantu Presiden turun dari pesawat dengan membawa tas atau koper kecil bawaan mereka. Mereka melintasi bagian belakang, tempat para wartawan duduk. Mereka tidak mau memberikan jawaban ketika ditanya apakah keberangkatan dibatalkan.
Kemudian para wartawan di ruang tunggu bandara menyampaikan bahwa Presiden membatalkan keberangkatan. Satu per satu wartawan pengikut rombongan mulai turun dari pesawat. Awak televisi berita pun mulai melaporkan berita pembatalan keberangkatan.
Seorang pegawai Istana Negara yang sering mengikuti perjalanan Presiden ke luar negeri sejak masa pemerintahan Presiden Soeharto mengatakan, ”Waduh baru kali ini terjadi dalam sejarah, perjalanan presiden ke luar negeri batal ketika rombongan sudah siap di bandar udara.”