Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pers dan Media Massa Bukan Corong Pemerintah

Kompas.com - 29/03/2010, 21:42 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pers dan media massa tidak boleh menjadi corong atau alat propaganda pemerintah dalam kondisi seperti apa pun. Keberadaan pers harus menjadi penyampai informasi sesuai pemahaman yang diyakininya agar kemudian pemahaman itu bisa menjadi pemahaman publik. Dalam kondisi seperti itu, siapa saja termasuk pemerintah tidak mempunyai kapabilitas untuk menetapkan media massa atau pers dalam posisi sebagai teman (friends) atau musuh (foes).

Kesimpulan tersebut diperoleh dari paparan jurnalis senior dari Metro TV, Suryopratomo, saat berbicara dalam lokakarya yang digelar Kementerian Pertahanan, Senin (29/3/2010), bertema "Defence Image Building". Saat pidato pembukaan, Menteri Pertahanan menyampaikan keinginan pihaknya agar media massa bisa ikut berperan aktif dalam upaya bela dan pertahanan negara, terutama dalam membangun citra pertahanan Indonesia.

Terkait hal itu, Suryopratomo mengingatkan kasus yang pernah terjadi, terkait kebijakan Pemerintah Amerika Serikat (AS) menginvasi Irak di masa kepemimpinan George W Bush, yang alasan utamanya lantaran Irak dipercaya memiliki senjata pemusnah massal.

Menurut Suryopratomo, sebelum menyerang Irak, Pemerintah AS berupaya mencari dukungan politik baik di dalam maupun di luar negeri. Lantaran dapat meyakinkan, invasi AS ke Irak kemudian didukung oleh media massa ketika itu. Bahkan melalui berbagai pemberitaan di media massa, ketakutan akan kepemilikan senjata pemusnah massal oleh Irak semakin menguat.

Namun, ketika Saddam Hussein berhasil digulingkan, tidak satu pun ditemukan senjata pemusnah massal. Hal itu kemudian memicu banyak gugatan dan pertanyaan, terutama dari kalangan warga negara AS sendiri. Mereka menggugat untuk apa mereka mengirim anak-anak mereka berperang ke Irak. Mereka juga mempertanyakan untuk tujuan apa pajak yang dibayarkan kemudian dipakai membiayai invasi ke negara itu.

"Media massa secara kritis juga kemudian menyuarakan dan memberitakan kegusaran tersebut sekaligus mencoba mencari duduk perkaranya. Dalam konteks ini, media massa tidak berperan sebagai teman atau musuh, bahkan ketika mereka memberitakan penjelasan Menteri Luar Negeri Colin Powell soal alasan invasi ke Irak. Pemberitaan itu tidak lantas menjadikan pers sebagai corong atau alat propaganda pemerintah AS," ujar Suryopratomo.

Dalam kesempatan yang sama, Bambang Harymurti menyebutkan, Indonesia masih belum bisa dikategorikan sebagai negara dengan kebebasan pers penuh. Hal itu didasari data sebuah lembaga nirlaba di Perancis, yang menempatkan Indonesia pada tahun 2008 pada posisi ke-101 dari total 175 negara yang disurvei. Sementara Freedom House dari Columbia University, Amerika Serikat, mengategorikan kondisi pers di Indonesia masih separuh bebas, yang juga menjadi salah satu hasil proses reformasi di Indonesia. Padahal secara politik, Indonesia oleh lembaga yang sama telah dikategorikan sebagai negara yang bebas, bahkan di regional Asia Tenggara (ASEAN) sejak tahun 2006.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com