JAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat diminta tidak menyikapi atau menginterpretasi berlebihan soal pembatalan kedatangan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama ke Indonesia, menyusul dua kali pengunduran jadwal lawatan pimpinan negara adidaya itu, tidak hanya ke Indonesia, tetapi juga Australia.
Pernyataan itu disampaikan staf pengajar Departemen Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) Edy Prasetyono, Jumat (19/3), saat dihubungi Kompas.
"Jadi masalah seperti itu tidak perlu disikapi berlebihan. Bussiness as usual saja lah. Tidak perlu sampai ada yang merasa sangat kecewa atau malah merasa senang karena Obama tidak jadi datang. Lagipula yang dibatalkan tidak cuma ke Indonesia tapi juga ke Australia kan?" ujar Edy.
Menurut Edy, Obama lebih memilih untuk memprioritaskan persoalan internal dalam artian kepentingan warganegaranya, terutama terkait pembahasan rancangan aturan tentang kesehatan. Sikap seperti itu menurut Edy harus bisa jadi contoh bagi pemerintah Indonesia.
Selama ini tambah Edy, pemerintah AS juga tidak pernah memberikan pernyataan resmi soal rincian kunjungan Obama ke Indonesia. Dengan begitu seharusnya sejak awal pemerintah Indonesia berkoordinasi dan mencari tahu secara aktif sehingga kondisinya tidak jadi seperti sekarang.
Selain bertanya ke otoritas resmi seperti ke Kedutaan Besar AS di Indonesia, pemerintah setidaknya juga bisa mencari tahu jadwal event atau kegiatan pemerintahan di sana pada bulan ini atau soal kira-kira isu yang sedang hangat di sana, yang kemungkinan bakal berpotensi mengganggu rencana kedatangan Obama.
Semua itu penting dilakukan untuk menepis agar jangan sampai ada kelompok masyarakat yang kecewa atau malah bergembira dan mengklaim pengunduran jadwal kedatangan itu sebagai bentuk kemenangannya setelah sejak awal menolak kedatangan Obama.
"Obama lebih menomorsatukan kepentingan nasional dan masyarakatnya. Artinya ada sesuatu yang lebih penting karena merupakan tanggung jawab pemerintah pada rakyatnya. Hal seperti itu harus dicontoh. Saya bisa memahami posisi dia untuk memprioritaskan apa yang sejak awal dia upayakan. He is the leader," ujar Edy.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.