JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, Angelina Sondakh, menekankan pentingnya bagi Indonesia memanfaatkan kunjungan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama untuk kepentingan meningkatkan kerja sama pendidikan kedua negara.
"Apapun masalahnya, kita sadar sesadar-sadarnya, pendidikan kita masih perlu dipacu, baik kualitas maupun kuantitasnya. Amerika Serikat merupakan salah satu kiblat pendidikan terbaik di dunia, sehingga banyak negara, termasuk Timur Tengah, Amerika Latin, maupun Asia dan Afrika yang mengirim siswa maupun mahasiswanya di sana," kata istri Adjie Massaid itu di Jakarta, Rabu (17/3/2010).
Angie mengatakan itu menyambut kedatangan Presiden Barack Obama ke Indonesia yang dijadwalkan berlangsung 23 hingga 25 Maret mendatang, atas undangan resmi Pemerintah RI.
"Tentang adanya aksi protes di beberapa kota atas kedatangan Presiden Obama, saya memahami itu sebagai suatu reaksi atas beberapa sikap Amerika Serikat yang dianggap kurang adil terhadap ’dunia Timur’. Tetapi, untuk menjalin persahabatan, apalagi demi kemaslahatan umat melalui peningkatan kerja sama pendidikan, saya rasa tidak ada masalah," ujar Anggota Komisi X (bidang pendidikan) DPR RI ini.
Mantan Putri Indonesia ini juga mengingatkan Pemerintah RI, melalui Kementerian Pendidikan Nasional, agar mampu menjalin kerja sama pendidikan yang saling menguntungkan, dengan mengambil manfaat sebesar-besarnya dari kunjungan Presiden Obama kali ini.
"Saat ini ’kan ada puluhan ribu siswa dan mahasiswa kita sedang studi di berbagai negara bagian di Amerika. Sebagian besar atas biaya sendiri. Alangkah baiknya jika ada program-program scholarship yang semakin memperbanyak siswa dan mahasiswa kita dari kalangan kurang mampu untuk dibiayai dan menimba ilmu ke sana," katanya lagi.
Pertukaran
Angelina Sondakh juga mengharapkan adanya pertukaran guru, siswa dan mahasiswa yang semakin meningkat, untuk saling pengertian antar-civil society.
"Bentuk-bentuk pertukaran itu bisa diatur melalui program yang baik, perkelompok atau individu dan tidak terbatas di perkotaan tetapi hingga kawasan pedesaan. Peningkatan saling pengertian antar civil society seperti itu, saya rasa akan mengikis perbedaan persepsi, karena mulai belajar untuk saling tahu sikap, prilaku dan lain sebagainya," katanya.
Dengan begitu, peningkatan kerja sama antara kedua negara besar di kawasan Pasifik ini, menurut dia, tidak hanya terjalin di tingkat elite eksekutif, parlemen maupun politik serta keamanan dan perekonomian maupun perdagangan, tetapi juga hingga ke tataran civil society secara umum.
"Pertukaran civil society yang terprogram bagus, akan menjadikan dua negara ini semakin kuat dalam bekerjasama di berbagai bidang untuk kemanusiaan dan perdamaian dunia," kata Angelina Sondakh.