Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Patrialis Akbar: Tak Ada Pintu Masuk Makzulkan SBY-Boediono

Kompas.com - 02/02/2010, 18:06 WIB

CIPANAS, KOMPAS.com - Pemakzulan atau  impeachment terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono akibat kasus Bank Century sebenarnya sama sekali tidak ada pintu masuk.

Pasalnya, tidak ada alasan formal maupun material yang bisa digunakan oleh DPR untuk mengajukan permakzulan kepada MPR.

Hal itu diungkapkan oleh Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar, saat ditanya pers, sebelum mengikuti rapat kerja pemerintah di Istana Kepresidenan, Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, Selasa (2/2).

"Tidak ada pintu masuknya untuk memakzulkan SBY-Boediono hanya karena kasus Bank Century. Coba, alasan formal dan material hukum apa yang bisa dijadikan alasan dan argumen untuk memakzulkan pemimpin itu?" tanya Patrialis.

Menurut Patrialis, jika dicari-cari alasan formal hukum, sejauh ini tidak ada ketentuan undang-undang atau UUD 1945 yang dilanggar.

"Dalam penyehatan Bank Century juga tidak ada keputusan kesalahan di pemerintah. Saya sudah dengar dari teman-teman Pansus DPR," kata Patrialis.

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) No. 4 Tahun 2008, tambah Patrialis, juga tidak ada yang menolak sehingga masih menjadi dasar untuk pemberian dana penyertaan kepada Bank Century.

"Sebaliknya, kalau mau dicari-cari alasan material sebagaimana disebutkan dalam Pasal 7A UUD 1945, antara lain melakukan pengkhianatan terhadap negara. Pengkhianatan yang mana? Karena justru, SBY-Boediono siang dan malam sangat serius mengukuhkan NKRI. Jadi, sangat jauh mengkaitkan dengan unsur pengkhianatan itu," lanjut Patrialis.

Terkait syarat permakzulan jika SBY-Boediono melakukan korupsi, Patrialis juga mengatakan alasan itu tidak bisa  digunakan. "Justru sebagai Presiden dan Wapres, SBY-Boediono sangat serius memberantas korupsi. Di awal pemerintahan saja, SBY-Boediono sudah mengganyang mafia hukum. Bahkan, sudah membentuk Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum. Juga mengamankan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sehingga pimpinannya yang hanya dua ditetapkan menjadi lima orang. Jadi di mana korupsinya?" kata Patrialis lagi.

Mengenai suap-menyuap, Patrialis juga menyatakan komitmen SBY-Boediono jelas. "Sebelum terjadinya suap-menyuap, Presiden dan Wapres sudah meminta menteri untuk meneken Pakta Integritas agar tidak terjadi upaya suap menyuap," papar Patrialis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com