Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Para Capres Terperangkap "Kesantunan"...

Kompas.com - 19/06/2009, 12:57 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Peforma tiga calon presiden pada Debat Capres malam tadi dinilai hanya mengedepankan penampilan yang baik-baik saja, penuh kesantunan, dan tidak berani bersinggungan dengan perdebatan. Aksi saling dukung yang ditampilkan dipilih sebagai jalan aman akan ketakutan dicap sebagai sosok yang "tidak santun" oleh masyarakat.

Akan tetapi, pilihan "santun" ini, menurut Direktur Strategic of Political Intelligence Hamid Basyaib mengaburkan substansi masalah yang seharusnya menjadi bahan perdebatan para calon. Akhirnya, masing-masing tidak bisa menjanjikan suatu langkah konkrit jika terpilih sebagai pemenang.

"Kesantunan tidak bisa menjadi ukuran, itu untuk etika sosial saja. Tapi kalau diterapkan dalam kehidupan politik belum tentu tepat. Dalam politik, kebenaran yang disembunyikan, ketidakbenaran yang tidak diungkapkan, akan menjadi masalah serius," ujar Hamid, Jumat (19/6), di Jakarta.

Ia mengakui bahwa sebagian masyarakat Indonesia masih menuntut kesantunan dari para pemimpinnya. "Tapi kewajiban pemimpin memberi arahan yang tepat pada kecenderungan kultural di masyarakat karena tidak semua nilai budaya itu bagus," kata dia.

Hamid melihat, cengkeraman "kesantunan" sangat luar biasa membelit para capres pada debat malam tadi. Kesan debat yang tidak muncul justru membuat citra ketiganya anjlok bagi masyarakat yang mendambakan aksi debat memukau. "Dan gejala (kesantunan) ini mengkhawatirkan bagi dinamika politik dan demokrasi," ujar Hamid.

Ahli Filsafat Politik UI, Rocky Gerung, berpendapat, para capres mulai terperangkap dengan pencitraan. Salah satunya dengan menampilkan kesan santun. "Padahal, teori kesantunan itu palsu," kata Rocky.

Kesantunan yang mulai menggejala pada para politisi juga diakui oleh anggota DPD, I Wayan Sudirta. Ia juga melihat ada fenomena penancapan citra santun sehingga membuat para politisi takut mendapatkan cap tidak baik dari masyarakat. "Kalau kita lihat, jadinya sekarang ini, orang yang santun lebih dihargai daripada orang yang berbicara jujur dan apa adanya. Ini kan sangat memprihatinkan," kata Wayan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Asa PPP Tembus Parlemen Jalur MK di Ambang Sirna

Asa PPP Tembus Parlemen Jalur MK di Ambang Sirna

Nasional
Ingatkan BPKP Jangan Cari-cari Kesalahan, Jokowi: Hanya Akan Perlambat Pembangunan

Ingatkan BPKP Jangan Cari-cari Kesalahan, Jokowi: Hanya Akan Perlambat Pembangunan

Nasional
Ada Serangan Teroris di Malaysia, Densus 88 Aktif Monitor Pergerakan di Tanah Air

Ada Serangan Teroris di Malaysia, Densus 88 Aktif Monitor Pergerakan di Tanah Air

Nasional
Mahfud Blak-blakan Hubungannya dengan Megawati Semakin Dekat Sesudah Ditunjuk Jadi Cawapres

Mahfud Blak-blakan Hubungannya dengan Megawati Semakin Dekat Sesudah Ditunjuk Jadi Cawapres

Nasional
Mahfud Nilai Pemikiran Megawati Harus Diperhatikan jika Ingin Jadi Negara Maju

Mahfud Nilai Pemikiran Megawati Harus Diperhatikan jika Ingin Jadi Negara Maju

Nasional
Mahfud Pesimistis dengan Pemberantasan Korupsi di Era Prabowo-Gibran

Mahfud Pesimistis dengan Pemberantasan Korupsi di Era Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Akui Langkah Ghufron Laporkan Anggota Dewas ke Polisi Gerus Reputasi Lembaga

KPK Akui Langkah Ghufron Laporkan Anggota Dewas ke Polisi Gerus Reputasi Lembaga

Nasional
Kasus Covid-19 Melonjak di Singapura, Anggota DPR: Kita Antisipasi

Kasus Covid-19 Melonjak di Singapura, Anggota DPR: Kita Antisipasi

Nasional
Mahfud Ungkap Hubungannya dengan Prabowo Selalu Baik, Sebelum atau Setelah Pilpres

Mahfud Ungkap Hubungannya dengan Prabowo Selalu Baik, Sebelum atau Setelah Pilpres

Nasional
Pesimistis KRIS BPJS Terlaksana karena Desain Anggaran Belum Jelas, Anggota DPR: Ini PR Besar Pemerintah

Pesimistis KRIS BPJS Terlaksana karena Desain Anggaran Belum Jelas, Anggota DPR: Ini PR Besar Pemerintah

Nasional
Soal RUU Kementerian Negara, Mahfud: Momentumnya Pancing Kecurigaan Hanya untuk Bagi-bagi Kue Politik

Soal RUU Kementerian Negara, Mahfud: Momentumnya Pancing Kecurigaan Hanya untuk Bagi-bagi Kue Politik

Nasional
Dampak Korupsi Tol MBZ Terungkap dalam Sidang, Kekuatan Jalan Layang Berkurang hingga 6 Persen

Dampak Korupsi Tol MBZ Terungkap dalam Sidang, Kekuatan Jalan Layang Berkurang hingga 6 Persen

Nasional
Mahfud MD Ungkap Kecemasannya soal Masa Depan Hukum di Indonesia

Mahfud MD Ungkap Kecemasannya soal Masa Depan Hukum di Indonesia

Nasional
Jalan Berliku Anies Maju pada Pilkada Jakarta, Sejumlah Parpol Kini Prioritaskan Kader

Jalan Berliku Anies Maju pada Pilkada Jakarta, Sejumlah Parpol Kini Prioritaskan Kader

Nasional
Kunker di Mamuju, Wapres Olahraga dan Tanam Pohon Sukun di Pangkalan TNI AL

Kunker di Mamuju, Wapres Olahraga dan Tanam Pohon Sukun di Pangkalan TNI AL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com