JAKARTA, SABTU---Isu merk susu dan makanan bayi yang disinyalir terkontaminasi bakteri enterobacter sakazakii, kembali merebak. Beredarnya kabar burung di internet dan juga pesan singkat (SMS) mengusik para peneliti di Institut Penelitian Bogor (IPB) untuk angkat bicara. Apalagi, lembaga itu disebut-sebut sudah mengumumkan nama-nama merk susu dan makanan bayi yang mengandung bakteri.
Tak sedikit berita-berita yang beredar di milis, langsung mendapat tanggapan dari masyarakat. Umumnya, mereka bertanya-tanya tentang kebenaran dari tulisan yang tidak diketahui asal muasalnya tersebut. Keabsahan kabar itu terkuak setelah IPB dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), memberikan penjelasan. Kedua lembaga itu dengan tegas menyatakan kabar yang beredar di internet dan SMS, hanya isu. IPB menegaskan belum pernah merilis hasil dari penelitian yang mereka lakukan.
"Kita (IPB) sama sekali tidak pernah mengumumkan merk susu yang diteliti. Jadi tidak benar jika IPB telah membuat pemberitaan seperti itu. Itu ulah orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Kami mohon bagi mereka yang merasa membuat berita, meralatnya," ujar Sri Budiarti, dosen S2, S3 mikrobiologi IPB, Jumat (21/3).
BPOM juga menguatkan pernyataan IPB. Kepala BPOM, Husniah Rubiana mengatakan bahwa kabar IPB telah mengumumkan merk-merk susu formula dan makanan bayi yang terkontaminasi bakteri enterobacter sakazakii, baik lewat SMS atau di milis adalah sesuatu yang mengada-ada. "Kami dari BPOM sama sekali tidak pernah menerima nama-nama merk susu itu dari IPB. Jadi kabar yang beredar di internet atau lewat sms itu sama sekali tidak benar," kata Husniah Rubiana.
Menurut Husniah, saat pertemuan di Gedung Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) , Jakarta, Jumat (29/2) antara IPB, BPOM, Departemen Kesehatan (Depkes), dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) salah satu keputusannya adalah memberi jaminan bahwa susu formula dan makanan bayi yang beredar di pasaran saat ini aman untuk dikonsumsi.
"Dalam pertemuan itu, IPB juga menyatakan bahwa mereka belum pernah dan tidak akan pernah mengumumkan merk-merk susu dan makanan bayi itu," lanjut Husniah. Akan tetapi, meski sudah menyatakan delapan poin kesepakatan bersama, namun isu bahwa IPB telah mengumumkan merk-merk susu cukup meresahkan. "Sebetulnya tidak pernah ada penyebutan merk. Saya tahu bahwa itu tidak benar. Dan kabar simpang siur itu cukup meresahkan. Karena itu saya sangat prihatin," tambahnya.
Husniah atas nama BPOM menghimbau agar masyarakat selaku konsumen agar tidak mudah mempercayai kabar-kabar yang beredar lewat internet dan SMS. Jika masyarakat kurang jelas atau ragu-ragu dengan kabar yang menyangkut sebuah produk makanan atau obat, bisa menanyakan langsung kebenaran kabar tersebut ke BPOM. "Jangan mempercayai kabar yang tidak jelas. Kalau kurang jelas tolong tanya langsung saja ke badan kita melalui nomor (021) 4243333, bisa juga masuk ke web kita, www.pom.go.id, " lanjut Husniah.
Husniah kembali menegaskan bahwa hingga saat ini BPOM masih terus melakukan penelitian terhadap sejumlah produk susu, namun BPOM belum bisa menjelaskan merk apa saja yang telah tercemar bakteri enterobacter sakazakii tersebut. Sementara Komisioner Pengaduan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Satriyandayaningrum mengatakan, pihaknya juga menerima banyak pengaduan dari masyarakat yang menanyakan kebenaran berita tersebut. "Saya juga menerima SMS-nya, entah siapa yang ngirim. Tapi yang jelas, kita hanya mengatakan bahwa itu tidak benar. Sebab, pihak yang berwenang dalam hal ini IPB belum mengumumkan," katanya.
Menurutnya, dengan beredarnya isu tersebut mereka yang menjadi korban adalah anak. "Contohkanlah, susu A terkontaminasi, bisa jadi susu yang lain yang tidak termasuk kena bakteri, harganya akan dimahalin. Nah, imbasnya orang tua tidak bisa beli dan anak akhirnya tidak bisa minum susu," katanya.
Seperti diberitakan, ada beberapa milis yang mengabarkan ada beberapa susu tercemar bakteri. Ditengah kegelisahan itu, belakangan beredar sms yang diforward dari tangan ke tangan mengenai merek susu yang kabarnya tercemar bakteri. Dr Sri Estuningsih, peneliti yang menemukan bakteri enterobacter sakazakii karuan saja membantahnya. "SMS berantai itu tidak benar. Saya tegaskan kalau SMS itu bukan dari saya. Kasihan ibu-ibu yang mendapatkan SMS tersebut," tukasnya.
Sri bahkan heran, kenapa banyak orang yang meng-forward SMS tersebut ke telepon genggamnya. Saat dimintai sedikit bocoran tentang merek apa saja yang terinfeksi, dengan tegas wanita itu menolaknya. "Teman sekantor saya saja tidak saya kasih tahu mereknya," tuntasnya. (persda network/had)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.