Salin Artikel

Sejauh Mana Kemarahan Megawati dan PDI-P ke Jokowi?

Pertama, dengan kadar komunikasi relatif sedang, Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto menyebut ketidakhadiran Presiden Jokowi dalam perayaan partai sebagai, "Ketika ada yang meninggalkan itu bagian dari suatu tanggung jawab yang nanti rakyat akan menilai."

Menurut dia, rakyat akan mencatat dan rakyat akan melihat. Di sisi lain, PDI-P adalah partai yang mengutamakan loyalitas, merupakan partai politik dengan kesetiaan tinggi.

"Kami menyiapkan pemimpin dengan tulus hati," ucapnya.

Dalam waktu bersamaan, Hasto juga memuji kehadiran Wapres Ma'ruf Amin yang selain eksis di lokasi, juga berpose salam metal.

Kedua, dengan kadar komunikasi ringan, Capres yang juga Kader PDI-P, Ganjar Pranowo, menyebut sampai saat ini belum melihat Jokowi menyatakan keluar dari partai, sehingga berharap mau hadir di hari jadi partai banteng itu.

"Kalau masih anggota biasanya juga kepengin datang begitu," katanya.

Ketiga, dengan kadar sedang ke berat, sudah pasti dari Ketua Umum sekaligus ikon partai, Megawati Soekarnoputri.

Sedikitnya ada lima corak konten yang disampaikan, yakni sindiran bahwa kekuasan itu tidak langgeng dan arah pemilu yang tidak baik karena menjadi alat elite kekuasaan yang melanggengkan kekuasaan sehingga meresehkan rakyat.

Kemudian, hukum dan kekuasan dipermainkan sesukanya, termasuk di dalamnya menyiksa rakyat dalam kasus relawan Ganjar di Boyolali, sehingga Megawati sampaikan ekpresi penolakan, "No, No, No."

Sama dengan Sekjen dan Ganjar, Megawati juga menyindir dalam bentuk mengapresiasi menteri-menteri Presiden Jokowi yang justru ingin diundang.

Momentum ini tidak berdiri sendiri. Masih ingat dengan pernyataan Megawati sebelumnya yang menyindir penguasa berlaku seperti Era Orde Baru.

Baik pas hari jadi ini, dan atau sebelumnya, semua pernyataan tak sebutkan nama. Tetapi, tersirat dan tersurat, baik dari facial expression, gesture, apalagi intonasi, mengarah pada sosok Presiden Jokowi.

Siapa lagi memangnya pemegang tampuk kekuasaan tertinggi di negara ini kalau bukan RI 1? Yang saat peringatan ulang tahun kemarin, secara faktual memang kunjungan resmi kenegaraan ke Filipina.

Namun, jika melihat momentumnya, tak ada isu benar-benar genting dan mendesak karena pembahasan seputar revisi Perjanjian Patroli Perbatasan, akses pasar untuk produk kopi Indonesia, dan sejenisnya.

Singkatnya, isu-isu Indonesia-Filipina ini, jika hubungan Megawati dan Jokowi masih mesra seperti sebelumnya, sudah pasti Jokowi pilih hadir di partai yang selalu mengusung dirinya, anaknya, dan menantunya di pemilihan umum.

Sejauh mana kemarahannya?

Jika melihat bagaimana perilaku komunikasi Megawati selama ini, terutama terkait pesan komunikasi yang ingin disampaikan, kita perhatikan bahwa isu penting akan selalu disampaikan di forum resmi kepartaian.

Megawati cenderung diam dan bungkam jika ditanya wartawan di luar forum resmi tersebut (doorstop).

Hal ini menandakan dari sisi public relations, Megawati sesungguhnya bukan tipikal introvert leader. Akan tetapi, adalah sosok yang benar-benar memilih dan memilih momen yang pas dalam mengekpresikan perasaannya akan masalah.

Terbukti, dua kali kritikan pada sosok Jokowi hanya muncul di acara resmi PDI-P, itupun tidak ada forum lanjutan tanya jawab narasumber dan jurnalis seperti mayoritas terjadi di semua partai.

Megawati tahu bahwa dirinya harus mengartikulasikan kegelisahan kader dan simpatisan partai, yang merasa ditinggal Jokowi.

Padahal, seperti dikatakan Sekjen Hasto, kelelahan kader memperjuangkan kemenangan Jokowi, anak, dan menantunya, masih terasa sampai sekarang.

Jadi, jika merujuk fungsi humas untuk kohesi intern, maka hal itu sudah dilakukan walau fungsi eksternal public relations tidak sepenuhnya dilakukan ketua partai terlama di Tanah Air itu.

Menjadi menarik, untuk melihat pola komunikasi general, yang akan dilakukan Megawati khususnya dan PDI-P umumnya.

Melihat ke belakang, saat mereka dua kali dikalahkan SBY pada Pilpres 2004 dan 2009, tak sekalipun tampak arah angin oposan mereka tergiur pemerintahan petahana.

Hal berbeda dengan Gerindra dan PAN yang merapat kekuasaan pada pemerintahan Jokowi.

Sekira Ganjar-Mahfud dan PDI-P menang Pemilu 2024 nanti, sekali lagi dengan merajuk kukuhnya ideologi seorang Megawati, kiranya takkan ada ruang bagi afilisasi kekuatan politik Jokowi seperti PSI.

Apalagi jika kekalahan mendera, maka besar kemungkinan jalur oposan kembali teguh ditancapkan.

Pun demikian, sisi skeptisme tetap kita pegang, yakni sebesar apapun, mereka tetap zoon politicon, makhluk-makhluk politik: Yang tak bisa dimakan hanya kepala-nya sendiri.

Akhir kata, menjadi menarik melihat press conference PDI-P ke depan pasca-Pilpres, yang kemungkinan besar dipimpin Puan Maharani dan Hasto Kristiyanto; Akankah mereka bersikukuh dengan konsistensi pesan-pesan komunikasi Megawati selama ini atau menjadi politisi kebanyakan dengan mengubah sikapnya sedrastis itu kelak?

https://nasional.kompas.com/read/2024/01/11/08260321/sejauh-mana-kemarahan-megawati-dan-pdi-p-ke-jokowi

Terkini Lainnya

Kecelakaan Bus di Subang, Kompolnas Sebut PO Bus Bisa Kena Sanksi jika Terbukti Lakukan Kesalahan

Kecelakaan Bus di Subang, Kompolnas Sebut PO Bus Bisa Kena Sanksi jika Terbukti Lakukan Kesalahan

Nasional
Jokowi Klaim Kenaikan Harga Beras RI Lebih Rendah dari Negara Lain

Jokowi Klaim Kenaikan Harga Beras RI Lebih Rendah dari Negara Lain

Nasional
Layani Jemaah Haji, KKHI Madinah Siapkan UGD dan 10 Ambulans

Layani Jemaah Haji, KKHI Madinah Siapkan UGD dan 10 Ambulans

Nasional
Saksi Sebut Kumpulkan Uang Rp 600 juta dari Sisa Anggaran Rapat untuk SYL Kunjungan ke Brasil

Saksi Sebut Kumpulkan Uang Rp 600 juta dari Sisa Anggaran Rapat untuk SYL Kunjungan ke Brasil

Nasional
Soal Posisi Jampidum Baru, Kejagung: Sudah Ditunjuk Pelaksana Tugas

Soal Posisi Jampidum Baru, Kejagung: Sudah Ditunjuk Pelaksana Tugas

Nasional
KPK Diusulkan Tidak Rekrut Penyidik dari Instansi Lain, Kejagung Tak Masalah

KPK Diusulkan Tidak Rekrut Penyidik dari Instansi Lain, Kejagung Tak Masalah

Nasional
Jokowi Tekankan Pentingnya Alat Kesehatan Modern di RS dan Puskesmas

Jokowi Tekankan Pentingnya Alat Kesehatan Modern di RS dan Puskesmas

Nasional
100.000-an Jemaah Umrah Belum Kembali, Beberapa Diduga Akan Berhaji Tanpa Visa Resmi

100.000-an Jemaah Umrah Belum Kembali, Beberapa Diduga Akan Berhaji Tanpa Visa Resmi

Nasional
KPU Bantah Lebih dari 16.000 Suara PPP Hilang di Sumut

KPU Bantah Lebih dari 16.000 Suara PPP Hilang di Sumut

Nasional
Tata Kelola Makan Siang Gratis

Tata Kelola Makan Siang Gratis

Nasional
Sandiaga Sebut Pungli di Masjid Istiqlal Segera Ditindak, Disiapkan untuk Kunjungan Paus Fransiskus

Sandiaga Sebut Pungli di Masjid Istiqlal Segera Ditindak, Disiapkan untuk Kunjungan Paus Fransiskus

Nasional
Pakar Ingatkan Jokowi, Pimpinan KPK Tidak Harus dari Kejaksaan dan Polri

Pakar Ingatkan Jokowi, Pimpinan KPK Tidak Harus dari Kejaksaan dan Polri

Nasional
Kritik Haji Ilegal, PBNU: Merampas Hak Kenyamanan Jemaah

Kritik Haji Ilegal, PBNU: Merampas Hak Kenyamanan Jemaah

Nasional
Jokowi Puji Pelayanan Kesehatan di RSUD Baharuddin Kabupaten Muna

Jokowi Puji Pelayanan Kesehatan di RSUD Baharuddin Kabupaten Muna

Nasional
KPK Siap Hadapi Gugatan Praperadilan Gus Muhdlor Senin Hari Ini

KPK Siap Hadapi Gugatan Praperadilan Gus Muhdlor Senin Hari Ini

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke