JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam menilai, lebih aman buat Partai Demokrat bergabung ke Koalisi Indonesia Maju mendukung pencalonan presiden Prabowo Subianto ketimbang merapat ke PDI Perjuangan mendukung Ganjar Pranowo.
Pasalnya, dikutip dari survei sejumlah lembaga, basis pemilih loyal Demorkat lebih banyak yang mendukung Prabowo ketimbang Ganjar.
“Hal itu menjadi bekal yang baik bagi Demokrat jika sewaktu-waktu memutar haluan dukungannya ke Prabowo sehingga lebih minim guncangan dan turbulensi dalam mengarahkan pendukungnya,” kata Umam kepada Kompas.com, Senin (19/9/2023).
Selain itu, kata Umam, Demokrat telah menempatkan diri pada basis paradigma politik "tengah-moderat", di mana spektrum tengah saat ini diklaim oleh tim Prabowo.
Sementara itu, PDI-P sebagai pengusung utama Ganjar mengeklaim diri sebagai gerbong “kiri-progresif”, sedangkan Anies merepresentasikan kekuatan politik Islam.
“Karena itu, wajar jika Demokrat merasa tidak ada hambatan serius secara ideologis dengan koalisi Prabowo,” ujar Umam.
Pada saat bersamaan, Umam menduga, buruknya sejarah hubungan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri juga jadi alasan Demokrat tak merapat ke koalisi partai banteng.
Menurut Umam, Demokrat tampak kerepotan berkomunikasi langsung dengan Megawati. Padahal, Mega merupakan pimpinan tertinggi PDI-P yang menentukan arah gerbong koalisi Ganjar.
Namun, lewat Pilpres 2004 SBY yang berpasangan dengan Jusuf Kalla berhasil menumbangkan Mega-Hasyim Muzadi, pun pada Pilpres 2009 SBY-Boediono menungguli Mega-Prabowo.
Umam menyebutkan, mungkin saja Mega menganggap persoalan politik antara dirinya dan SBY di masa lalu belum selesai, sehingga membatasi diri dari Demokrat.
“Kondisi ini tentu berdampak serius pada cara pandang Demokrat yang menghendaki koalisi yang setara dan saling menghormati,” ujarnya.
Pun demikian, lanjut Umam, bergabung ke Koalisi Indonesia Maju dan mendukung pencapresan Prabowo juga tak akan mudah buat Demokrat.
Ke depan, Demokrat punya PR besar untuk meletakkan konsep “perubahan untuk perbaikan” yang mereka usung agar bisa melebur dengan semangat keberlanjutan Koalisi Indonesia Maju yang identik dengan pemerintahan Presiden Joko Widodo.
“Jika Demokrat bisa menjelaskan konsep perubahan dan perbaikan sebagai manifestasi dari konsep change and continuity, maka tidak akan ada kendala memadai dalam upaya Demokrat untuk melebur dengan koalisi pengusung Prabowo Subianto,” tutur dosen Universitas Paramadina itu.
Sebagaimana diketahui, Demokrat merapat ke Koalisi Indonesia Maju untuk mendukung pencapresan Prabowo. SBY dan AHY diketahui hadir dalam pertemuan para ketua umum anggota KIM di kediaman Prabowo di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Minggu (17/9/2023).
Koordinator Juru Bicara Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra mengungkapkan, partainya bergabung ke Koalisi Indonesia Maju demi kepentingan bangsa dan negara.
"Dasarnya adalah kepentingan rakyat bangsa dan negara," kata Herzaky saat dihubungi Kompas.com, Senin (18/9/2023).
"Kami sudah menelusuri semua kemungkinan dan kami memilih mendukung Pak Prabowo Subianto," ucapnya.
Kendati begitu, Demokrat belum resmi menyatakan dukungan buat Prabowo. Katanya, sikap Demokrat akan diumumkan oleh AHY dalam rapat pimpinan nasional (rapimnas) partai, Kamis (21/9/2023).
https://nasional.kompas.com/read/2023/09/19/12043981/demokrat-dinilai-lebih-aman-dukung-prabowo-ketimbang-ganjar-minim-turbulensi