Salin Artikel

Setelah 1.221 Hari Kedaruratan Covid-19...

BADAN Kesehatan Dunia (WHO), Jumat (5/5/2023), menyatakan Covid-19 tidak lagi berstatus kedaruratan tertinggi kesehatan global. Namun, setelah 1.221 hari dinyatakan sebagai kedaruratan medis global, pencabutan status ini bukan akhir dari kewaspadaan atas wabah yang dipicu virus SARS-CoV 2.

"Covid-19 telah berakhir sebagai darurat kesehatan global, tetapi bukan berarti Covid-19 sudah berakhir sebagai ancaman kesehatan global," ujar Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, Jumat.

Hitungan 1.221 hari adalah terhitung sejak 30 Januari 2020, ketika Covid-19 dinyatakan sebagai situasi darurat yang menjadi perhatian global. Waktu itu, kasus dan kematian baru dilaporkan terjadi di China. Adapun Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi global adalah pada 11 Maret 2020. 

Sejak saat itu, kata Tedros, tercatat ada setidaknya 7 juta kematian akibat Covid-19. Namun, Tedros meyakini angka sebenarnya jauh lebih tinggi, bisa mencapai kisaran melebihi 20 juta kematian.

Yang terburuk untuk dilakukan setelah pencabutan status tertinggi kedaruratan medis global ini, tegas Tedros, adalah bila negara-negara di dunia lalu lengah, membongkar sistem yang dibuat saat penanganan pandemi, apalagi mengumumkan bahwa bahaya Covid-19 sudah berlalu.

Bahkan hingga sepekan sebelum pengumuman ini dibuat, kata Tedros, Covid-19 merenggut satu nyawa setiap tiga menit. Ini belum lagi ada jutaan orang yang masih berjuang di ruang perawatan intensif dan atau mereka yang harus berjibaku dengan masalah kesehatan jangka panjang setelah terpapar Covid-19 (long Covid-19). 

"Virus ini masih ada, masih membunuh, dan masih terus berubah," tegas Tedros.

Pencabutan status kedaruratan tertinggi, kata Tedros, mesti dimaknai sebagai waktu bagi negara-negara di dunia untuk beralih dari mode darurat ke pengelolaan berkelanjutan penanganan Covid-19.

Tragedi terbesar

Tak hanya menjadi penyakit yang teramat mematikan, kecam Tedros, Covid-19 adalah tragedi terbesar kemanusiaan karena kurang koordinasi, kurang kesetaraan, dan kurang solidaritas.

"(Ini menyebabkan) nyawa hilang, (yang) seharusnya tidak," ujar Tedros.

Menurut Tedros, masyarakat dunia harus berjanji ke diri sendiri dan anak cucu untuk tidak lagi mengulang kesalahan yang sama. Terlebih lagi, penyebab semua kesalahan ini "sekadar" misteri asal mula Covid-19.

Bahkan, saat vaksin Covid-19 menembus rekor dalam pembuatannya, keserakahan dan ketidaksetaraan menjadi potret buram lain lagi dari tragedi ini. Negara-negara kaya menimbun vaksin, sementara negara-negara miskin harus berjuang selama berbulan-bulan untuk mendapatkan setiap dosis vaksin.

Belum lagi, gerakan antivaksin dan misinformasi yang bertebaran di media sosial, menjadi tambahan persoalan lain sepanjang perjalanan pandemi Covid-19. Ini masih ditingkahi ketidaksetaraan dalam akses ke perawatan dan layanan kesehatan.

Dunia memotret antrean panjang warga Brasil menunggu oksigen untuk kerabat yang terpapar Covid-19. Juga, tumpukan kayu pemakaman yang memenuhi trotoar di New Delhi, India, ketika jenazah menumpuk pada awal 2021.

"Kita tidak bisa melupakan api unggun itu. Kita tidak bisa melupakan kuburan yang telah digali (untuk para korban Covid-19)," ujar sendu pimpinan teknis WHO untuk Covid-19, Maria Van Kerkhove.

Di Indonesia pun, memori traumatis raungan sirene mobil jenazah yang melintas tak kenal waktu juga adalah potret yang tak layak begitu saja dilupakan tanpa dimaknai dengan lebih baik.

Meski mungkin tak sedramatis di Brasil atau India, tak sedikit dari kita yang mengalami ketegangan perburuan oksigen untuk orang-orang terkasih, mencari rumah sakit yang masih sanggup menerima lonjakan pasien Covid-19, bahkan kehilangan orang terdekat di tengah karut-marut ledakan kasus Covid-19, terutama pada 2020 dan 2021. 

Pekerjaan belum selesai

Covid-19 tidak hanya persoalan kesehatan. Pandemi ini telah mengacak-acak kehidupan kita dalam tiga tahun terakhir, termasuk dalam relasi sosial dan laju roda ekonomi. 

Bahkan di lini kesehatan, pekerjaan rumah pun menumpuk sebagai dampak pandemi ini. Imunisasi rutin, misalnya, menjadi salah satu yang turut terdampak pelaksanaannya tersebab pandemi.

Laju ekonomi pun masih tersendat. Persoalannya tak hanya karena imbas pandemi Covid-19 tetapi juga dinamika global seperti invasi Rusia ke Ukraina, inflasi tinggi di negara maju, dan gonjang-ganjing perbankan raksasa global. 

Kasus kesehatan mental diakui pula melejit selama pandemi Covid-19. Yang itu mencakup mulai dari kecemasan (anxiety) hingga depresi. Sektor pendidikan juga terdampak keras, melahirkan generasi anak didik pandemi, yang menghabiskan masa pendidikannya lewat layar gadget, bukan tatap muka di kelas dan berinteraksi dengan teman sebaya.

Satu lagi, terkait Covid-19 itu sendiri, long Covid-19 menjadi keprihatinan tersendiri yang tak dapat diabaikan. 

Terlebih lagi, di Indonesia, saat kedaruratan global dicabut justru bersamaan dengan angka kasus Covid-19 yang memperlihatkan lagi tren naik. 

Untuk long Covid-19 saja, Tedros menyebutkan diduga kasusnya terjadi pada satu dari 10 pasien Covid-19. Dengan kemungkinan dan tingkat keparahan yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun, ratusan juta orang diperkirakan butuh perawatan bertahun-tahun untuk ini.

Karenanya, dunia saat ini tengah mengupayakan penerapan langkah-langkah untuk tidak lagi terulang tragedi seperti ketika Covid-19 sedang parah-parahnya menerjang. Namun, lagi-lagi misteri awal mula Covid-19 dan mekanisme penyebarannya masih saja jadi ganjalan dan perdebatan, termasuk membelah komunitas ilmuwan.

WHO dan negara-negara anggotanya disebut telah berdikusi untuk membuat perjanjian internasional atau sesuatu yang serupa untuk menarik pelajaran dari perjalanan Covid-19, mencegah kesalahan yang sama, sekaligus memastikan reaksi yang lebih efektif dan adil ketika pandemi merebak lagi.

Dari Indonesia, Kementeiran Kesehatan mengklaim telah menyiapkan masa transisi dari pandemi ke endemi, bahkan sebelum WHO mencabut status kedaruratan global Covid-19. Sebaliknya, Satgas Covid-19 menekankan pula bahwa dalam pernyataan Jumat, WHO belum menyatakan pandemi Covid-19 berakhir. 

Dari ini semua, kewaspadaan harus tetap dijaga. Sekalipun pembatasan dan sejumlah protokol kesehatan telah dilonggarkan, kewaspadaan diri bukan hal yang rugi untuk terus diterapkan, termasuk melanjutkan protokol kesehatan yang sudah dijalani sehari-hari selama puncak pandemi. Bila bukan dimulai dari diri sendiri, mau dari siapa lagi?

Naskah: KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI

https://nasional.kompas.com/read/2023/05/08/10431981/setelah-1221-hari-kedaruratan-covid-19

Terkini Lainnya

Ketua KPU Protes Aduan Asusila Jadi Konsumsi Publik, Ungkit Konsekuensi Hukum

Ketua KPU Protes Aduan Asusila Jadi Konsumsi Publik, Ungkit Konsekuensi Hukum

Nasional
Sindir Bobby, PDI-P: Ada yang Gabung Partai karena Idealisme, Ada karena Kepentingan Praktis Kekuasaan

Sindir Bobby, PDI-P: Ada yang Gabung Partai karena Idealisme, Ada karena Kepentingan Praktis Kekuasaan

Nasional
Eks Kakorlantas Polri Djoko Susilo Ajukan PK Lagi, Kilas Balik 'Cicak Vs Buaya Jilid 2'

Eks Kakorlantas Polri Djoko Susilo Ajukan PK Lagi, Kilas Balik "Cicak Vs Buaya Jilid 2"

Nasional
JK Singgung IKN, Proyek Tiba-tiba yang Tak Ada di Janji Kampanye Jokowi

JK Singgung IKN, Proyek Tiba-tiba yang Tak Ada di Janji Kampanye Jokowi

Nasional
Soal Peluang Ahok Maju Pilkada DKI atau Sumut, Sekjen PDI-P: Belum Dibahas, tetapi Kepemimpinannya Diakui

Soal Peluang Ahok Maju Pilkada DKI atau Sumut, Sekjen PDI-P: Belum Dibahas, tetapi Kepemimpinannya Diakui

Nasional
Dukung Jokowi Gabung Parpol, Projo: Terlalu Muda untuk Pensiun ...

Dukung Jokowi Gabung Parpol, Projo: Terlalu Muda untuk Pensiun ...

Nasional
PT Telkom Sebut Dugaan Korupsi yang Diusut KPK Berawal dari Audit Internal Perusahaan

PT Telkom Sebut Dugaan Korupsi yang Diusut KPK Berawal dari Audit Internal Perusahaan

Nasional
Solusi Wapres Atasi Kuliah Mahal: Ditanggung Pemerintah, Mahasiswa dan Kampus

Solusi Wapres Atasi Kuliah Mahal: Ditanggung Pemerintah, Mahasiswa dan Kampus

Nasional
Ketua KPU Bantah Dugaan Asusila dengan Anggota PPLN

Ketua KPU Bantah Dugaan Asusila dengan Anggota PPLN

Nasional
Soal Kemungkinan Usung Anies di Pilkada DKI, Sekjen PDI-P: DPP Dengarkan Harapan Rakyat

Soal Kemungkinan Usung Anies di Pilkada DKI, Sekjen PDI-P: DPP Dengarkan Harapan Rakyat

Nasional
DPR Pastikan Hasil Pertemuan Parlemen di WWF Ke-10 Akan Disampaikan ke IPU

DPR Pastikan Hasil Pertemuan Parlemen di WWF Ke-10 Akan Disampaikan ke IPU

Nasional
Komisi II Pertimbangkan Bentuk Panja untuk Evaluasi Gaya Hidup dan Dugaan Asusila di KPU

Komisi II Pertimbangkan Bentuk Panja untuk Evaluasi Gaya Hidup dan Dugaan Asusila di KPU

Nasional
Djoko Susilo PK Lagi, Ketua KPK Singgung Kepastian Hukum

Djoko Susilo PK Lagi, Ketua KPK Singgung Kepastian Hukum

Nasional
KPK Geledah Kantor PT Telkom dan 6 Rumah, Amankan Dokumen dan Alat Elektronik

KPK Geledah Kantor PT Telkom dan 6 Rumah, Amankan Dokumen dan Alat Elektronik

Nasional
Pembukaan Rakernas Ke-5 PDI-P Akan Diikuti 4.858 Peserta

Pembukaan Rakernas Ke-5 PDI-P Akan Diikuti 4.858 Peserta

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke