JAKARTA, KOMPAS.com - Negosiasi mengenai kandidat calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) diprediksi alot jika PDI Perjuangan bergabung ke koalisi besar.
Diperkirakan, tiga partai politik besar yakni PDI-P, Partai Gerindra, dan Partai Golkar akan bersikukuh mengajukan capres keinginan masing-masing.
“Problemnya partai politik lain, koalisi besar khususnya, Golkar dan Gerindra, kelihatan tidak mau berada di bawah subkoordinasi PDI-P kembali,” kata Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno kepada Kompas.com, Rabu (20/4/2023).
Wacana koalisi besar sendiri rencananya menggabungkan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) besutan Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dengan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang digagas Partai Gerindra bersama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Sejak lama, Golkar menginginkan ketua umum mereka, Airlangga Hartarto, maju sebagai calon RI-1. Sementara, buat Gerindra, ketua umum Prabowo Subianto merupakan capres harga mati.
Di sisi lain, PDI-P berulang kali menyatakan hendak mengusung kader sendiri sebagai capres dan enggan ditempatkan di kursi cawapres.
Dengan situasi tersebut, kata Adi, sulit mempertemukan keinginan Golkar, Gerindra, dan PDI-P jika ketiganya tergabung dalam satu kongsi koalisi besar.
“Problemnya adalah, apa yang akan dilakukan oleh Gerindra kalau PDI-P bergabung dengan koalisi besar? Apakah akan menolak, memilih berhadap-hadapan dengan PDI-P, atau tetap menerima dengan PDI-P yang posisinya terlihat cukup dominan memang,” ujarnya.
Namun demikian, menurut Adi, wajar jika PDI-P bersikukuh mengusung kadernya sendiri sebagai capres. Bagaimanapun, partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu merupakan pemenang pemilu dua kali berturut-turut.
PDI-P juga dinilai punya modal elektabilitas besar. Partai berjargon wong cilik tersebut menempati urutan puncak survei elektabilitas menurut berbagai lembaga dengan angka elektoral tembus 20 persen.
Selain itu, PDI-P juga punya sejumlah kader yang namanya berseliweran di bursa capres. Sebutlah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Ketua DPR RI Puan Maharani, hingga Menteri Sosial Tri Rismaharini.
Menurut survei banyak lembaga, Ganjar menjuarai survei elektabilitas capres, bersaing dengan Prabowo Subianto dan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
“Dalam konteks itu ya sangat rasional dan masuk akal kalau kemudian untuk 2024 sekalipun PDI-P tetap mematok harga mati kader mereka adalah harus capres. Itu adalah bentuk kepercayaan tinggi yang menurut saya memang rasional, bisa diukur dan punya argumen secara statistik,” kata Adi.
Artinya, tanpa berkoalisi dengan partai lain pun, PDI-P dapat mengusung capres dan cawapres sendiri pada Pemilu 2024.
Sebaliknya, partai-partai lain, terutama partai kecil yang tergabung dalam koalisi besar, diperkirakan bakal merapat ke PDI-P, alih-alih mempertahankan kerja sama mereka dengan Gerindra dan Golkar.
“Partai-partai yang tergabung dalam koalisi besar seperti PAN (Partai Amanat Nasional) dan PPP (Partai Persatuan Pembangunan) tentu saja pasti dalam posisi bingung dan posisi dilematis,” tutur Adi.
Sebagaimana diketahui, wacana pembentukan koalisi besar untuk Pemilu 2024 menguat beberapa waktu belakangan. Poros politik tersebut berencana melebur Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dengan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).
Wacana itu disambut baik oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto. Namun demikian, Hasto meyakini, konsolidasi di antara partai-partai yang menggagas koalisi tersebut baru akan terjadi setelah PDI-P mengumumkan capres.
“Dalam konteks komunikasi politik yang dilakukan gagasan kerja sama besar itu sangat bagus, itu positif. Tetapi, konsolidasi dari kerja sama itu akan terjadi setelah nanti diumumkan siapa capresnya, termasuk dari PDI Perjuangan,” kata Hasto dikutip dari Kompas TV, Senin (17/4/2023).
Hasto pun tak menjawab tegas ketika ditanya apakah PDI-P akan turut bergabung bersama koalisi besar tersebut. Dia hanya mengatakan, PDI-P terus menjalin komunikasi dengan parpol-parpol lain.
Dia menegaskan, PDI-P bakal mengusung kader sendiri sebagai capres. Hal itu telah diputuskan dalam Kongres ke-V PDI-P dan dipertegas oleh Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.
Terkait partai lain yang tak ingin PDI-P mensyaratkan capres, Hasto bilang, partainya tak ambil pusing. Namun, dia meyakini bahwa kerja sama antarpartai akan terbentuk begitu PDI-P mengumumkan capres, sebagaimana yang terjadi ketika partai banteng mengumumkan Joko Widodo alias Jokowi sebagai capres jelang Pemilu 2014 dan 2019 lalu.
“Nanti setelah ibu ketua umum mengumumkan siapa capres dari PDI Perjuangan, dari pengalaman ketika mengumumkan Pak Jokowi, di situ akan terjadi konsolidasi pengerucutan dalam kerjasama tersebut,” tuturnya.
https://nasional.kompas.com/read/2023/04/20/10343561/jika-pdi-p-gabung-ke-koalisi-besar-negosiasi-capres-dengan-gerindra-dan