JAKARTA, KOMPAS.com - Kabar duka datang dari organisasi masyarakat (ormas) Muhammadiyah. Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif tutup usia pada Jumat (26/5/2022).
Buya Syafii, begitu sapaan akrabnya, mengembuskan napas terakhir di RS PKU Muhammadiyah, Gamping, Sleman, Yogyakarta.
"Muhammadiyah dan bangsa Indonesia berduka. Telah wafat Buya Prof Dr H Ahmad Syafii Maarif pada hari Jumat tgl 27 Mei 2022 pukul 10.15 WIB di RS PKU Muhammadiyah Gamping," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir seperti dikutip dari keterangan resminya, Jumat.
Buya Syafii sebelumnya sempat dirawat di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, pada Sabtu (14/5/2022) karena mengalami sesak napas. Pihak rumah sakit sempat menyebut kondisi Buya Syafii telah membaik.
Berikut profil dan rekam jejak Buya Syafii semasa hidup.
Profil Ahmad Syafii Maarif
Ahmad Syafii Maarif atau akrab dipanggil Buya Syafii dikenal sebagai salah satu tokoh dan pemikir Islam di Indonesia. Ia lahir di Sumpur Kudus, Sumatera Barat, 31 Mei 1935.
Dikutip dari Tribunnews.com, masa kecil Syafii banyak dihabiskan di kampung halaman. Ia menempuh pendidikan dasardi sekolah rakyat di Sumpur Kudus, lantas melanjutkan studi ke Madrasah Mualimin di Balai Tengah, Lintau, Sumatera Barat.
Beranjak remaja, Syafii merantau ke Jawa dan melanjutkan pendidikan di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah di Yogyakarta.
Lulus dari madrasah tersebut, dia mengabdi di sebuah lembaga pendidikan yang dikelola organisasi Muhammadiyah di Lombok, Nusa Tenggara Timur. Pengabdiannya dilakukan selama setahun.
Tuntas menjalani masa pengabdian, Syafii melanjutkan pendidikan ke Universitas Cokroaminoto Surakarta di Fakultas Hukum.
Kala itu Syafii sempat mengalami masa-masa sulit. Dia tidak lagi mendapat bantuan biaya dari saudaranya di Sumatera lantaran di masa tersebut terjadi pemberontakan PRRI/Permesta yang mengakibatkan terputusnya hubungan Sumatera-Jawa. Akhirnya, Syafii terpaksa untuk berhenti kuliah.
Syafii pun harus menyambung hidup dengan menjadi guru di wilayah Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
Setelah memiliki penghasilan sendiri, dia melanjutkan kuliah di Jurusan Sejarah Universitas Cokroaminoto. Ia berhasil meraih gelar Sarjana Muda pada 1964.
Sementara, gelar sarjana diperoleh Syafii dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Yogyakarta empat tahun kemudian.
Beberapa tahun setelahnya, Syafii melanjutkan pendidikan S2 dan meraih gelar master di bidang sejarah dari Ohio State University, Amerika Serikat.
Syafii melanjutkan studinya hingga jenjang S3 dan meraih gelar doktor dari Program Studi Bahasa dan Peradaban Timur Dekat, Univesitas Chicago, AS.
Kala itu, ia menulis disertasi berjudul Islam as the Basis of State: A Study of The Islamic Political Idead as Reflected in the Constituent Assembli Debates in Indonesia.
Rekam jejak
Selain sebagai tokoh Muhammadiyah, Buya Syafii dikenal aktif di dunia pendidikan. Dia menjabat sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 1998-2005.
Setelah tak lagi menjabat, Syafii aktif di Maarif Institute, lembaga advokasi dan pendidikan yang didirikannya.
Buya Syafii juga dikenal aktif menulis. Atas karya-karyanya, dia pernah mendapatkan penghargaan Ramon Magsaysay dari pemerintah Filipina pada 2008.
Syafii juga dikenal dekat dengan Presiden Joko Widodo. Ia sempat mendapatkan tawaran dari Jokowi untuk mengisi posisi Dewan Pertimbang Presiden di tahun 2015, namun, kala itu Syafii menolaknya.
Tahun 2015 Syafii tercatat pernah menjadi Ketua Tim Independen yang mengatasi konflik Polri-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Sejak 28 Februari 2018 hingga akhir hayatnya, Syafii Maarif menjabat sebagai anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
https://nasional.kompas.com/read/2022/05/27/11291871/profil-buya-syafii-maarif-mantan-ketum-pp-muhammadiyah-pejuang-pendidikan