Salin Artikel

Setahun Tenggelamnya KRI Nanggala, Duka dan Rumitnya Kelola Pertahanan Negara

Tenggelamnya Nanggala menjadi duka mendalam seantero negeri. Bagaimana tidak, kapal selam buatan Jerman ini telah memperkuat satuan di TNI AL selama 40 tahun lamanya.

Saat kapal selam ini dinyatakan hilang kontak, pencarian terus dilakukan, baik oleh TNI AL, tim gabungan, maupun bantuan dari negara-negara luar.

Berikut kronologi pencarian Nanggala hingga akhirnya tenggelam ‘on eternal patrol’ atau dalam patroli keabadian:

21 April

Nanggala memulai latihan di perairan Bali pada pukul 02.30 Wita.

Pada pukul 03.00 Wita, Nanggala diizinkan untuk menyelam pada kedalaman 13 meter untuk mempersiapkan tembakan torpedo.

Kemudian, Nanggala dinyatakan hilang kontak (sublook) pada pukul 03.46 Wita.

Pada pukul 06.46 Wita, status Nanggala dinaikan menjadi submiss dan menandai dimulainya proses pencarian.

TNI AL kemudian melakukan pencarian menggunakan KRI Raden Eddy Martadinata-313, KRI I Gusti Ngurah Rai-332, dan KRI Diponegoro-365 dengan memanfaatkan sonar aktif di lokasi sekitar penyelaman Nanggala.

Saat dilakukan pengamatan udara pada pukul 07.00 Wita, ditemukan tumpahan minyak dan bau solar di sekitar lokasi penyelaman kapal.

KRI Rigel dari Jakarta dan KRI Tengat dari Satuan Ranjau turut membantu pencarian menggunakan side scan sonar pada pukul 14.00 Wita.

Dugaan sementara, Nanggala berada di palung kedalaman 700 meter laut Bali. Padahal, kedalaman maksimal kapal buatan Jerman itu adalah 500 meter.

22 April 2021

Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo mengatakan, pihaknya mendeteksi kemagnetan tinggi pada kedalaman 50-100 meter di salah satu titik lokasi pencarian Nanggala.

Ia menyebutkan, cadangan oksigen Nanggala hanya bisa bertahan selama 72 jam jika dalam kondisi black out.

Sementara itu, pemerhati militer Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul mengatakan, pencarian Nanggala tidak mudah.

Sebab, tantangan terbesar proses pencarian adalah kawasan yang tak mudah dijangkau oleh kapal-kapal pencari.

"Artinya, tingkat kesulitan kita adalah mendatangkan kapal pencari dari berbagai lokasi yang tentunya membutuhkan waktu," ujarnya.

Selain itu, keterbatasan perangkat atau sarana penyelamatan bawah air juga menjadi hambatan dalam proses pencarian.

Oleh karena itu, upaya pencarian harus melibatkan banyak pihak, termasuk dari negara lain, sehingga memerlukan waktu.

23 April 2021

Proses pencarian masih terus dilakukan, tetapi belum ada titik terang mengenai keberadaan Nanggala.

Pada Jumat (23/4/2021), lima personel militer Singapura telah merapat ke KRI dr Soeharso-990 untuk membantu pencarian.

Kehadiran lima personel militer Singapura ini sekaligus menanti kedatangan kapal penyelamat kapal selam milik Angkatan Laut Singapura (RSN) MV Swift Rescue.

24 April 2021

Pada Sabtu (24/4/2021), TNI secara resmi menyatakan bahwa KRI Nanggala-402 telah tenggelam (subsunk). Isyarat itu dikeluarkan setelah melakukan pencarian selama 72 jam.

"Pagi dini hari tadi merupakan batas akhir live support berupa ketersediaan oksigen di KRI Nanggala selama 72 jam. Unsur-unsur TNI AL telah menemukan tumpahan minyak dan serpihan yang menjadi bukti otentik menuju fase tenggelamnya KRTI Nanggala," ujar Panglima TNI saat itu, Marsekal Hadi Tjahjanto dalam konferensi pers.

Sejumlah barang yang ditemukan adalah pelurus tabung torpedo, pembungkus pipa pendingin, dan botol oranye pelumas persikop kapal selam.

Ditemukan pula alat yang dipakai ABK Nanggala untuk shalat dan spons untuk menahan panas pada presroom.

"Dengan adanya bukti otentik Nanggala, maka pada saat ini kita isyaratkan dari submiss menjadi subsunk," ujar Yudo.

Ia menjelaskan, Nanggala mengalami keretakan karena berada di kedalaman laut yang melebihi kemampuan, yaitu sekitar 850 di bawah permukaan.

Akibatnya, barang-barang yang berada di dalam kapal selam kemudian terangkat keluar.

Kendati demikian, Yudo menampik bahwa KRI Nanggala meledak. Sebab, tak ada suara ledakan yang terdengar di sonar.

Rumit

Sementara itu, Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto menyebutkan, hilangnya Nanggala menunjukkan betapa rumitnya pekerjaan mengelola pertahanan negara.

Menurut dia, pengelolaan pertahanan negara setidaknya mengandung tiga unsur yang sangat krusial.

"Jadi memang kejadian ini juga menggarisbawahi bahwa memang pertahanan negara adalah suatu pekerjaan yang sangat rumit, memerlukan suatu teknologi yang sangat tinggi dan mengandung unsur bahaya," ujar Prabowo dalam konferensi pers di Bali, dikutip dari Kompas TV, Rabu (22/4/2021).

Prabowo menilai, ketiga unsur dalam pengelolaan pertahanan negara tersebut berlaku di tiga aspek sekaligus, yakni darat, udara, dan laut.

Dalam mematangkan pengelolaan pertahanan negara tersebut, kata Prabowo, TNI harus selalu dalam kondisi siap tempur.

Kondisi ini pun mengharuskan TNI aktif menggelar latihan sekalipun sangat berbahaya. 

Di samping itu, faktor lain yang menjadi tantangan dalam pertahanan negara yakni betapa mahalnya harga alat utama sistem persenjataan (alutsista).

Akibatnya, menurut Prabowo, pimpinan negara selalu dihadapkan dengan dilema antara mengutamakan pembangunan kesejahteraan masyarakat atau pembangunan pertahanan negara.

"Karena itu Presiden telah memerintahkan saya satu tahun yang lalu untuk bersama-sama pimpinan TNI menyusun suatu masterplan, rencana induk, 25 tahun yang memberi kepada kita suatu totalitas kemampuan pertahanan. Ini sedang kita rampungkan," ucap Prabowo.

"Kita sedang menyusun, sedang memperbaiki. Insyaallah dalam 2-3 minggu ini kita akan bersama dengan Panglima TNI dan kepala staf kita rampungkan dan akan kita sampaikan kepada bapak Presiden," kata dia.

https://nasional.kompas.com/read/2022/04/21/06433791/setahun-tenggelamnya-kri-nanggala-duka-dan-rumitnya-kelola-pertahanan-negara

Terkini Lainnya

Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Nasional
Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode Sejak Menang PIlpres 2019

Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode Sejak Menang PIlpres 2019

Nasional
Ikut Kabinet atau Oposisi?

Ikut Kabinet atau Oposisi?

Nasional
Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Nasional
Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Nasional
Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Nasional
Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Nasional
PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

Nasional
Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Nasional
Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Nasional
Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Nasional
Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Nasional
Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Nasional
Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Nasional
Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum 'Move On'

Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum "Move On"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke