Adapun hal itu ditanyakan dalam TWK pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang akan beralih status menjadi aparatur sipil negara (ASN).
"Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak ada hubungan dengan wawasan kebangsaan," kata Mu'ti kepada Kompas.com, Kamis (6/5/2021).
Menurut Mu'ti, seharusnya pertanyaan TWK lebih fokus pada hal-hal yang terkait dengan integritas, profesionalitas, dan loyalitas.
Ia pun menilai pertanyaan seperti doa qunut dan LGBT terkesan tendensius. Mu'ti juga menyayangkan mengapa soal-soal TWK itu bisa bocor dan menjadi konsumsi publik.
"Seharusnya itu tidak terjadi. Panitia terlihat ceroboh," ujar dia.
Sebelumnya, diberitakan, sejumlah pegawai KPK mengungkapkan beberapa kejanggalan dalam TWK untuk peralihan status menjadi ASN.
Salah satu keanehan terletak pada pertanyaan-pertanyaan yang tidak sesuai dengan kepentingan kebangsaan. Pertanyaan itu misalnya terkait doa Qunut, atau sikap terkait LGBT.
"Iya ada yang ditanyakan, ada juga LGBT, itu benar," kata salah seorang sumber Kompas.com, Rabu (5/5/2021).
Sumber itu, juga menyebut adanya sejumlah pernyataan aneh yang harus dijawab peserta TWK. Pilihannya yakni sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
https://nasional.kompas.com/read/2021/05/06/16383801/sekum-muhammadiyah-nilai-soal-soal-twk-kpk-tak-ada-hubungan-dengan-wawasan