KOMPAS.com – Budidaya udang menjadi salah satu primadona di kalangan pelaku usaha perikanan saat ini. Melihat pesatnya perkembangan usaha ini, berbagai teknologi pun terus dikembangkan.
Salah satu inovasi untuk mengembangkan budidaya udang adalah menciptakan kincir air tambak. Teknologi ini dikembangkan oleh Politeknik Kelautan dan Perikanan (Poltek KP), Jawa Timur (Jatim).
Poltek KP merupakan satuan pendidikan di bawah Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Kincir air merupakan sebagai salah satu sarana budidaya perikanan karena berperan penting dalam menciptakan kondisi agar terjadi keseimbangan ekosistem perairan tambak.
Peran kincir air adalah menyuplai oksigen perairan tambak dan membantu dalam proses pemupukan, serta pencampuran karakteristik air tambak lapisan atas dan bawah.
Tak hanya itu, pengoperasian kincir air turut membantu dalam membersihkan kotoran-kotoran yang ada di dasar tambak sehingga menstabilkan kualitas air.
Pentingnya penggunaan kincir air dalam budidaya ikan dan udang, ternyata membawa permasalahan tersendiri. Utamanya, apabila penggunaan tersebut dilakukan secara intensif.
Pasalnya, kincir air di pasaran dipatok dengan harga relatif mahal. Bahkan, biaya operasional dan perawatannya pun cukup besar.
Melihat kondisi tersebut, Poltek KP Sidoarjo membuat inovasi teknologi kincir air hemat energi dari bahan lokal yang ada di sekitar. Jadi, apabila terjadi kerusakan, maka perawatan akan lebih ringan dan suku cadang mudah didapat.
Melalui berbagai uji coba di perairan tambak ikan dan udang, Poltek KP Sidoarjo mengembangkan mesin kincir air hemat energi. Selain itu, kincir air bertenaga listrik ini juga ramah lingkungan tanpa ada gas buang dan tidak menimbulkan kebisingan.
Kepala BRSDM Sjarief Widjaja mengatakan, inovasi yang dikembangkan pihaknya mendukung tiga program terobosan KKP pada 2021-2024.
"Pertama, peningkatan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sumber daya alam (SDA) perikanan tangkap untuk peningkatan kesejahteraan nelayan,” ujarnya, seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (12/4/2021).
Kedua, lanjut Sjarief, pengembangan perikanan budidaya untuk peningkatan ekspor.
Program ketiga, pembangunan kampung-kampung perikanan berbasis kearifan lokal. Inovasi kincir tambak Poltek KP Sidoarjo khususnya, mendukung poin kedua dan ketiga.
Komponen kincir air 50 persen dari dalam negeri
Pada kesempatan yang sama, Direktur Politeknik KP Sidoarjo Muhammad Hery Riyadi Alauddin mengatakan, kincir air yang dikembangkan pihaknya berbahan baku lokal dengan tingkat komponen dalam negeri di atas 50 persen.
“Konstruksi kincir air ini memiliki penggerak motor listrik dengan konsumsi daya 0,5 horse power (HP) 1 phase. Sementara itu, gear dan rantai sebagai transmisi daya mereduksi putaran mesin dari 1400 revolusi per menit (RPM) menjadi 110 RPM,” ujarnya.
Putaran mesin hasil reduksi, sambung Hery, diteruskan poros utama berbahan baku pipa galvalum dengan ukuran 3 per 4 dim dan pillow block sebagai bantalan poros. Dengan begitu, poros dapat berputar sempurna.
Lebih lanjut ia mengatakan, hasil putaran poros kemudian diteruskan oleh roda penggerak dari velg sepeda mini sebagai penopang daun kincir.
“Sebagai penopang, seluruh komponen kincir air dipasang rangka utama yang terbuat dari pipa galvalum. Kemudian, dibentuk sesuai desain sehingga seluruh komponen ditopang,” imbuh Hery.
Adapun penggunaan kincir air di kolam tambak dapat beroperasi selama satu siklus (kurang lebih tiga bulan).
Hery menjelaskan, untuk membuat kincir air terapung, maka dipasang pipa PVC dengan ukuran 6 dim sepanjang 2 meter sejumlah dua buah. Hal ini guna menopang beban kincir air sehingga dapat terapung seimbang di atas air.
“Untuk menghindari percikan air tambak dan air hujan maka dipasang penutup mesin dengan menggunakan plat galvalum sehingga air tidak dapat masuk ke dalam mesin penggerak,” jelasnya.
Hery mengatakan, pembuatan maupun perakitan kincir, mulai dari komponen rangka sampai dengan daun kincir dikerjakan oleh dosen dan taruna Program Studi (Prodi) Mekanisasi Perikanan Poltek KP Sidoarjo.
Menurutnya, kincir air tersebut memiliki keunggulan dibandingkan dengan yang lain. Ini karena didasarkan riset kolaborasi yang dilakukan mulai dari 2015 hingga sekarang.
Adapun keunggulan kincir air tersebut adalah menghasilkan dissolved oxygen (DO) tinggi, cakupan area maupun tinggi semburan maksimal, biaya operasional lebih murah, sparepart mudah didapatkan, perawatan mudah dikerjakan, paling utama dapat dijual dengan harga lebih kompetitif.
“Dengan adanya kincir ini diharapkan akan menekan biaya operasional budidaya udang, sehingga pendapatan menjadi lebih meningkat dan kesejahteraan petambak terwujud,” imbuh Hery.
Guna memperlancar upaya pengembangan, ia menyampaikan, Poltek KP Sidoarjo turut menggandeng beberapa pihak lain.
Kerja sama tersebut dilakukan lewat penandatanganan nota kesepahaman Poltek KP Sidoarjo dengan PT. Barata Indonesia (Persero) pada Pameran Nasional Bangga Buatan Indonesia di The Mandalika Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (3/4/2021).
“Rencananya kincir air tersebut akan digunakan untuk mendukung program perikanan budidaya secara nasional, terutama budidaya udang,” ucap Hery.
Ia mengaku, kincir air tambak hemat energi telah didaftarkan di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) melalui sentra hak kekayaan intelektual (sentra HKI) KKP untuk mendapatkan paten.
“Kincir air ini juga sedang diproses untuk mendapatkan Sertifikasi Standar Nasional (SSN) Indonesia dari Badan Standardisasi Nasional (BSN),” ujar Hery.
https://nasional.kompas.com/read/2021/04/12/08563501/kembangkan-budidaya-udang-kkp-ciptakan-inovasi-kincir-air-tambak-hemat