Namun, untuk bebas sepenuhnya dari virus ini, harapan ini masih lama terwujud.
Bukan soal virus atau pandemi yang tidak bisa hilang, melainkan dampak dari Covid-19 yang bisa jadi berkepanjangan.
Gejala sesak nafas, jantung berdebar, nyeri sendi, nyeri otot, hingga gangguan psikologis bisa menimpa para penyintas atau orang yang dinyatakan sembuh dari Covid-19.
Pernyataan itu diungkapkan oleh Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Agus Dwi Susanto saat menjelaskan seperti apa gejala dari Long Covid, sebuah fenomena yang rasanya akan menjadi babak baru dari Covid-19.
Parahnya lagi, gejala-gejala itu bisa muncul selama berbulan-bulan dan menetap pada tubuh penyintas.
Meski demikian, Long Covid bukanlah sisa virus yang bisa menular ke orang lain.
Menurut Agus, ia berdiri sendiri dan tetap mengancam kesehatan dari seseorang yang justru sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19.
Lalu apa itu Long Covid? Dapatkah disebut dengan Covid-19 Jangka Panjang?
Awal mula kemunculan Long Covid yang diungkap WHO
Laporan terbaru Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 9 September 2020 menyebut bahwa Covid-19 dapat menyebabkan penyakit yang berkepanjangan bagi sebagian orang.
Hal tersebut dikenal dengan nama fenomena Long Covid.
Agus Dwi Susanto menuturkan, fenomena ini sebenarnya bukan merupakan hal yang baru. Dunia medis sebelumnya menyebut dengan nama Post Covid Syndrome.
"Itu istilah lamanya, tapi kemudian seiring dengan perkembangan, akhirnya di-familiar-kan oleh WHO dengan Long Covid," kata Agus.
Long Covid, jelasnya, dapat diartikan sebagai satu kondisi gejala-gejala yang muncul pada pasien sembuh dari Covid-19.
Kenali gejala baik fisik maupun psikis
Sama seperti Covid-19, Long Covid ditandai dengan gejala-gejala, namun dibedakan dari sifat dan durasinya.
Agus mengatakan, jika gejala Covid-19 sifatnya akut atau berlangsung dalam waktu harian dan mingguan, sedangkan Long Covid bisa berlangsung menetap minggu bahkan bulanan.
"Gejalanya bisa bervariasi mulai dari yang paling banyak adalah gejala kelelahan kronik hingga berpengaruh ke psikologis seperti depresi," ujarnya.
Oleh karena itu, gejala yang akan menimpa seseorang yang terkena Long Covid dibagi menjadi dua yaitu gejala fisik dan psikis.
1. Gejala fisik
2. Gejala psikis
Tak hanya gejala fisik saja yang bisa dialami survivor Covid-19 yang terkena Long Covid. Agus menyebut, seseorang yang Long Covid bisa juga mengalami gejala psikis.
Adapun gejala psikis yang akan dialami berkaitan dengan pengalaman psikis selama sakit Covid-19.
Oleh karena itu, pasien Covid-19 selalu didampingi pula psikiater ketika dirawat di rumah sakit. Hal ini untuk mencegah terjadinya Long Covid yang bisa berakibat menyebabkan depresi pada orang tersebut.
"Ini juga dilaporkan sebagai bagian dari Long Covid yaitu gangguan psikis seperti depresi. Lalu gangguan pada perut dan gangguan pada perasa atau pembau juga bisa masuk Long Covid," ujar Agus.
Semua bisa terpapar
Sama seperti Covid-19, Long Covid bisa mengancam siapa saja. Asalkan, ia sudah pernah terjangkit Covid-19 dan dinyatakan sembuh dengan hasil swab negatif.
Agus menuturkan, sejatinya, siapa saja bisa terpapar Covid-19 sehingga semua penyintas seharusnya perlu waspada.
Namun, ia menyebut bahwa ada beberapa kelompok rentan dapat terkena Long Covid.
Kelompok ini di antaranya pasien komorbid, pasien lanjut usia, dan pasien dengan kebiasaan merokok.
"Tapi tetap tidak menutup kemungkinan siapa saja bisa terkena. Beberapa laporan memang menambahkan orang yang tidak punya komorbid bisa kena Long Covid juga. Jadi memang ada beberapa hal yang belum bisa kita ketahui pada beberapa populasi, semua bisa terjadi," terang Agus.
Cara mendeteksi Long Covid
Bagai kakak beradik, antara Covid-19 dan Long Covid tentunya dapat dideteksi sedini mungkin.
Dokter spesialis patologi klinik Primaya Hospital Bekasi Timur, dr Muhammad Irhamsyah SpPK M.Kes menyampaikan, ada berbagai tahapan yang bisa dilalui seseorang untuk mengetahui apakah dirinya mengalami Long Covid atau tidak.
Tahapan tersebut di antaranya wawancara, pemeriksaan fisik, riwayat penyakit sebelumnya, hingga pemeriksaan penunjang oleh dokter-dokter ahli agar menentukan bahwa pasien mengalami gejala Long Covid.
Pada tahapan wawancara, pasien dapat mengeluhkan gejala-gejala yang dialami setelah dirawat dan diterapi di rumah sakit sebagai pasien Covid-19.
Kemudian, pasien akan menjalani pemeriksaan fisik seperti pemeriksaan radiologi paru serta laboratorium. Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi Long Covid.
"Dari pemeriksaan laboratorium pun kita harus memeriksa parameter-parameter laboratorium seperti pemeriksaan darah lengkap, penanda proses peradangan dan infeksi, penanda enzim jantung, hingga pemeriksaan molekuler," jelasnya seperti diberitakan Kompas.com, Sabtu (31/10/2020).
Lanjut Irham, pemeriksaan penunjang tersebut juga berperan sangat penting untuk membantu klinis apakah gejala yang dialami pasien adalah gejala Covid-19 atau tidak.
Perlu kajian lebih lanjut
Kendati demikian, publik tak perlu khawatir berlebihan terkait Long Covid, tetapi tetap waspada.
Pasalnya, Agus mengatakan bahwa Indonesia sendiri belum memiliki data terkait fenomena Long Covid yang menjangkit penyintas.
Data-data terkait Long Covid mulai bermunculan. Ada sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Annals of Internal Medicine, 11 November 2020.
Para peneliti melaporkan sepertiga dari responden mengalami masalah kesehatan seperti batuk hingga kehilangan bau secara terus menerus.
Selain itu, hampir separuhnya mengaku terpengaruh secara emosional, hingga beberapa di antaranya bahkan membutuhkan perawatan kesehatan mental.
Data berikutnya seperti diberitakan The Guardian 15 November 2020. Penelitian lainnya menemukan tanda-tanda kerusakan beberapa organ pada orang muda dengan gejala Covid-19 dalam waktu empat bulan setelah infeksi awal.
Penemuan itulah yang menjadi langkah pembuka dalam mengembangkan pengobatan untuk beberapa gejala aneh dan ekstensif yang dialami orang-orang Long Covid.
Sama seperti penjelasan Agus, kelelahan, kabut pada otak, sesak napas, dan nyeri menjadi beberapa efek yang paling sering dilaporkan pasien setelah negatif dari virus corona.
Meski di luar negeri data mengenai Long Covid sudah ada, namun Agus berharap hal ini dapat menjadi tugas ke depan dari dunia kesehatan Indonesia agar mampu melihat sejauh mana Long Covid dapat menyerang penyintas.
"Ini akan menjadi suatu gambaran nantinya untuk kita bisa memberikan edukasi kepada masyarakat," ucap dia.
https://nasional.kompas.com/read/2020/12/04/06145931/fenomena-long-covid-ancaman-bagi-penyintas-covid-19-yang-perlu-diwaspadai