Hal itu disampaikan Wiku dalam keterangan persnya lewat kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (24/9/2020).
"Kenaikan kasus dapat terjadi karena beberapa hal. Yang pertama memang masyarakat belum disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan," ujar Wiku.
"Dan hal ini diperburuk dengan perilaku masyarakat yang masih sering berkerumun sehingga meningkatkan risiko penularan," kata dia.
Kedua, menurut Wiku, seiring dengan berjalannya waktu, Satgas Covid-19 melihat masyarakat makin lengah dan mengabaikan protokol kesehatan.
"Masyarakat seolah tidak memiliki empati meski telah menyaksikan begitu banyak korban yang muncul setiap hari menjadi kasus positif Covid-19," ucap Wiku.
Ia mengatakan, berdasarkan data terakhir pada periode 13-20 September 2020, terjadi kenaikan kasus baru Covid-19 sebesar 8,4 persen.
Wiku menambahkan, penyumbang tertinggi pada kenaikan kasus ini yaitu Provinsi Jawa Barat, Banten, Sulawesi Selatan, Riau, dan Papua.
Sedangkan jumlah kasus tertingginya berasal dari DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan.
Untuk itu, ia meminta masyarakat terus disiplin dalam mematuhi protokol kesehatan demi menekan laju penularan Covid-19.
"Kami mengimbau agar masyarakat betul-betul bisa bekerja sama dengan pemerintah karena pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Kita memerlukan kolaborasi bersama masyarakat untuk dapat menekan angka penularan," kata dia.
Adapun berdasarkan data pada Kamis ini pukul 12.00 WIB, diketahui ada penambahan 4.634 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir.
Ini merupakan rekor tertinggi terkait penambahan jumlah pasien Covid-19 dalam sehari.
Penambahan itu menyebabkan jumlah kasus Covid-19 di Indonesia kini mencapai 262.022 orang, terhitung sejak diumumkannya kasus pertama pada 2 Maret 2020.
https://nasional.kompas.com/read/2020/09/24/17411631/satgas-covid-19-nilai-abaikan-protokol-kesehatan-sama-seperti-tak-berempati