Menurut Pandu, PSBB bisa digantikan dengan penerapan protokol kesehatan, misalnya memasifkan penggunaan masker.
"Yang paling penting adalah semua orang harus pakai masker. Itu lebih jelas. orang tuh enggak ngerti PSBB itu apa. Jadi pada enggak ngerti, ya (kasus Covid-19) naik terus," kata Pandu pada Kompas.com, Jumat (19/6/2020).
Pandu menilai, selama ini PSBB di Jawa Timur tidak efektif dalam menekan angka penambahan kasus baru Covid-19.
Oleh karena itu, harus ada solusi lain seperti memperkuat penerapan protokol kesehatan ditingkat akar rumput.
Pandu menjelaskan, penggunaan masker bisa mengurangi potensi penularan Covid-19.
Kemudian, jika masyarakat mengkombinasikannya dengan protokol jaga jarak dan rajin mencuci tangan, maka risiko penularan akan semakin rendah.
"Biarin saja masyarakat bebas, tapi perilaku pakai masker jaga jarak dan cuci tangan itu yang sekarang difokuskan," ujar dia.
Diketahui, penambahan kasus harian Covid-19 di Jawa Timur masih cukup besar.
Berdasarkan catatan Kompas.com, pada 17 Juni 2020 terdapat penambahan kasus positif harian Covid-19 sebanyak 225 orang di Jawa Timur.
Sementara 18 Juni terjadi penambahan kasus harian lagi sebanyak 384 orang dan terakhir 19 Juni bertambah 140 orang.
Meski demikian, senerapan PSBB di wilayah Surabaya Raya yang meliputi Kota Surabaya, Kabupaten Gresik, dan Kabupaten Sidoarjo, tak diperpanjang.
Keputusan itu disepakati Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan kepala daerah dalam rapat evaluasi penerapan PSBB Surabaya Raya III di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Senin (8/6/2020).
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur Heru Tjahjono mengatakan, wilayah Surabaya Raya akan masuk dalam masa transisi selama dua pekan sebelum penerapan konsep new normal.
https://nasional.kompas.com/read/2020/06/19/21450971/ahli-sebut-tak-masalah-jika-jatim-tidak-lagi-terapkan-psbb-asal