Hal tersebut disampaikan Ma'ruf saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) BKKBN untuk program Banggakencana 2020 di Kantor BKKN, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (12/2/2020).
"Saya meminta seluruh jajaran BKKBN dalam rangka membangun keluarga sejahtera dapat menjadikan upaya percepatan penurunan prevalensi stunting sebagai prioritas," kata Ma'ruf dalam sambutannya.
Pemerintah telah menetapkan target yang sangat ambisius untuk menurunkan stunting dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, yakni hingga 14 persen pada akhir tahun 2024.
Untuk dapat menurunkan angka tersebut, kata dia, bukanlah pekerjaan mudah karena butuh kontribusi dan kerja keras dari semua pihak.
"Saat ini kita menghadapi tantangan besar terkait dengan prevalensi anak kerdil atau stunting," kata dia.
Meski telah terjadi penurunan prevalensi balita stunting dari 37,2 persen pada 2013 menjadi 27,67 persen pada 2019, tetapi angkanya masih tergolong tinggi.
Ma'ruf mengatakan, selain persoalan stunting, upaya pembangunan keluarga masih harus berhadapan dengan angka kematian ibu melahirkan, angka kematian bayi, dan imunisasi.
Angka Kematian Ibu melahirkan di Indonesia masih berkisar 305 per 100.000 kelahiran hidup.
Jumlah tersebut tertinggi dibandingkan negara ASEAN lain yang hanya berkisar pada 40 sampai 60 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Bayi (AKB) kurang dari 1 tahun di Indonesia pun masih tinggi, yaitu 24 per 1.000 kelahiran, jauh lebih besar dari Malaysia yang sebesar 6,7 per 1.000 kelahiran dan Thailand 7,8 per 1.000 kelahiran.
"BKKBN harus dapat menjawab tantangan pembangunan keluarga itu," kata dia.
https://nasional.kompas.com/read/2020/02/12/21080681/wapres-minta-bkkbn-prioritaskan-percepatan-penurunan-angka-stunting