Salah satunya rekomendasi KPK yang diberikan kepada Kementerian ESDM terkait proyek pemasangan flow meter atau pengukur produksi migas.
"Ada yang diikuti, ada yang tidak diikuti, bahkan ada yang tidak diindahkan. Contoh ESDM dulu. Mereka ingin memasang pipa flow meter untuk mengukur berapa lifting minyak dan gas di Indonesia," ujar Laode dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi III di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (27/11/2019).
Seperti dikutip dari Kontan.co.id, pemasangan alat ukur produksi ini dituangkan dalam Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 39 Tahun 2016 tetang Sistem Monitoring Produksi Minyak Bumi Berbasis Online Real Time pada Fasilitas Produksi Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
Menurut Laode, KPK pernah merekomendasikan agar Kementerian ESDM menghentikan proyek tersebut.
Dalam rekomendasinya, KPK menyebut proyek pemasangan flow meter tidak akan efektif.
Namun, kata Laode, rekomendasi KPK tidak dilaksanakan oleh Kementerian ESDM.
"Kita sudah bilang itu tidak boleh karena itu tidak akan efektif kajiannya, tetapi tetap dilaksanakan," kata Laode.
Seperti diberitakan, SKK Migas menghentikan proyek itu karena alat flow meter milik PT Global Haditech tidak akurat dan tidak memberikan performance yang diharapkan.
Akibatnya, PT Global Haditech menggugat SKK Migas ke Badan Arbitrase Nasional Indonesia.
Dikutip dari Kontan, lelang proyek flow meter dengan nomor BAC-148/012A-ULP/2017 itu tercantum nilai harga perkiraan mencapai Rp 59,54 miliar dengan anggaran dari APBN 2017.
Adapun pemenang lelang dari flow meter PT Global Haditech adalah yang menawarkan harga Rp 58,19 miliar.
https://nasional.kompas.com/read/2019/11/27/12512831/kpk-rekomendasi-penghentian-proyek-flow-meter-migas-tak-digubris-kementerian