Menurut Kalla, tak baik bila stasiun televisi menyiarkan demonstrasi yang dipenuhi saling lempar batu karena akan memengaruhi penonton untuk ikut-ikutan.
"Tiap hari kita lihat saja Sabtu malam menyiarkan demo menyiarkan lempar-lempar batu. Apa itu memberikan, mempunyai dampak apa siaran itu kalau terus menerus? Bisa menimbulkan dampak ikut-ikutan kepada yang lain," ujar Kalla saat membuka Rapat Pimpinan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Rabu (9/10/2019).
Kalla menilai, perlu ada perbaikan etika penyiaran sehingga pemberitaan seperti itu tak berulang di kemudian hari.
Kalla mengingatkan, media berfungsi sebagai pemberi informasi sekaligus mendidik dan mencerdaskan publik.
Kalla pun meminta KPI bisa lebih mengawasi televisi sehingga berita tak lagi menyiarkan demonstrasi secara vulgar.
"Dibutuhkan suatu norma yang sama. Ada kesepakatan norma, ada pesan-pesan etik antara produsen dan pengawas. Kalau media adalah produsen maka pengawas harus mempunyai norma yang sama. Jadi ada agreement atau kesepakatan bersama," ujar Kalla.
"Dulu contohnya media boleh secara polos, vulgar, memperlihatkan mayat sekarang sudah bagus, tutup. Nah itu, aturan (hukum) tidak mengatakan itu tapi etikanya jangan memperlihatkan kekerasan yang berlebihan," ucap dia.
https://nasional.kompas.com/read/2019/10/09/17462551/wapres-singgung-media-yang-siarkan-demonstrasi-secara-vulgar