Menurut dia, para menteri muda akan menghadapi tantangan dari internal dan eksternel kementerian yang dipimpinnya.
“Di dalam, mereka harus mampu men-deliver pekerjaan kepada birokrat-birokrat senior yang pengalamannya jauh lebih panjang dibandingkan mereka,” kata Arya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (15/8/2019).
Sementara, sebagai seorang menteri, mereka yang dipilih Jokowi harus memiliki kemampuan manajerial yang baik.
Alasannya, mereka akan ikut menyusun rencana anggaran yang jumlahnya tidak sedikit dan mengekseusinya untuk keperluan yang luas.
Arya mencontohkan, salah satu tantangan yang akan dihadapi di luar kementerian adalah kemampuan membangun jejaring yang luas dengan parlemen dan lembaga negara.
“Dia kan harus berinteraksi dengan DPR, dalam proses rapat kerja, atau dalam proses penentuan RAPBN, kalau dia enggak punya pengalaman, enggak punya jejaring politik, dia bisa jadi bahan olok-olokan, bulan-bulanan di DPR,” ujar dia.
Oleh karena itu, menurut dia, Presiden harus melakukan seleksi mendalam sebelum menentukan siapa sosok muda yang akan duduk di kabinetnya.
“Jadi terobosan Presiden untuk membuat kabinet muda itu kita apresiasi, tapi mencarinya lumayan harus teliti, tidak bisa main-main, tidak bisa mencari orang yang populer. Karena orang yang popular belum tentu punya pengalaman,” kondisi Arya.
Sebelumnya, Presiden menyebut akan menarik beberapa orang dari kalangan muda usia 30-35 tahun untuk menjadi menterinya.
Pernyataan Presiden ini memunculkan sejumlah spekulasi tentang sosok menteri muda yang akan duduk di kabinet barunya bersama KH Ma'ruf Amin.
Nama-nama itu di antaranya, CEO Gojek Nadiem Makarim, politisi muda PSI Grace Natalie, dan lain-lain.
https://nasional.kompas.com/read/2019/08/16/19243331/ini-tantangan-yang-akan-dihadapi-menteri-muda-jika-duduk-di-kabinet-jokowi