Salin Artikel

Cerita Caleg: Buka-bukaan Arsul Sani soal Biaya Kampanye

Para caleg yang tak melakukan politik uang pun membutuhkan logistik yang cukup untuk kebutuhan kampanye.

Kebutuhan itu di antaranya pembuatan alat peraga kampanye (APK). Berapa besar uang yang dikeluarkan?

Jumlahnya bisa berbeda antara satu caleg dengan caleg lainnya.

Caleg DPR dari Daerah Pemilihan Jawa Tengah X, Arsul Sani, buka-bukaan mengenai apa saja yang dipersiapkannya untuk mendapatkan satu kursi di parlemen.

Dia juga menyebutkan besar uang yang dihabiskannya saat Pemilihan Legislatif 2014.

Habiskan Rp 2,5 miliar pada 2014

Seorang caleg biasanya langsung mengalkulasi uang yang dibutuhkan sebelum kampanye pemilu berlangsung.

Menurut Arsul, kalkulasi besaran biaya bisa langsung diperkirakan dengan melihat jumlah pemilih yang ada dapil.

Anggota Komisi III DPR ini sendiri menghabiskan uang Rp 2,5 miliar untuk mendapatkan kursi pada Pileg 2014.

"Tahun 2014 itu, di luar kontribisi untuk saksi ya, sejak masa pencalonan sampai hari tenang sekitar Rp 2,5 miliar," ujar Arsul dalam wawancara khusus bersama Kompas.com, Rabu (27/3/2019).

Dia menggunakan uang pribadi untuk memenuhi kebutuhan finansial dalam Pileg 2014. Menurut Arsul, uang Rp 2,5 miliar itu termasuk kategori sedang jika dibandingkan caleg-caleg lainnya.

Arsul mengatakan, dia tidak perlu mengeluarkan ongkos lebih besar dari itu karena sudah punya modal sosial.

"Karena saya dibandingkan caleg yang bukan petahana yang modal sosialnya kecil, modal sosial saya kan sudah lumayan," ujar Arsul.

Sementara itu, pada Pileg 2019, Arsul belum mengalkulasi jumlah uang yang dia keluarkan karena kontestasi belum berakhir.

Hingga akhir Maret lalu, dia mengaku telah menghabiskan sekitar Rp 2 miliar sampai Rp 2,5 miliar.

Dalam Pileg 2019, Arsul sendiri merasa mendapatkan keuntungan karena statusnya yang merupakan petahana.

"Saya kan juga dapat indirect support. Sebagai caleg petahana, saya ada program reses yang bermanfaat untuk mereka juga. Biasanya yang menjadi timses adalah yang pernah menikmati program reses saya," kata dia.

Arsul mengaku tidak pernah menerima sponsor uang untuk pemenangannya.

Biasanya, teman-temannya yang ingin membantu tidak memberikan bantuannya dalam bentuk uang.

"Teman-teman itu ada yang bikinin kaus sekian, cetakin bendera sekian, ada yang kasih cinderemata centong misalnya. Itu kan murah harganya Rp 2.500 atau Rp 3.000, bikin Rp 5.000 saja hanya Rp 12 juta-an," kata dia.

Paling banyak untuk bentuk tim

Menurut Arsul, ongkos Rp 2,5 miliar itu paling banyak dialokasikan untuk pembentukan tim, berikutnya pembuatan APK.

Arsul mengatakan, dia menargetkan untuk satu kelurahan ada timnya dengan jumlah kisaran 200-300 orang. Idealnya, satu orang bertanggung jawab untuk memenangkan 5 sampai 10 orang.

Sejak awal masa kampanye hingga masa tenang, Arsul bisa bertemu dengan ribuan timnya dari berbagai kelurahan sebanyak 3-4 kali.

Ia harus mengganti ongkos transportasi yang mereka keluarkan untuk sampai ke acara konsolidasi tim itu.

"Jadi antara Rp 200 ribu-Rp 300 ribu per orang dengan intensitas ketemu 3-4 kali. Ada juga yang sampai Rp 500 ribu kalau dia tinggalnya di pegunungan," ujar Arsul.

Selain pembentukan tim, Arsul juga harus mengeluarkan uang untuk sosialisasi atau kampanye.

Dia mengaku uang tersebut bukan untuk memberi suap atau melakukan politik uang. Uang yang dia pakai dalam acara kampanye biasanya untuk menjamu makan konstituennya.

"Ketika sosialisasi kita misal menjamu, makan yang enak-enak, sambil makan durian. Lalu ganti transport asal tidak lebih dari Rp 50 ribu kan diperbolehkan," ujar Arsul.

Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu mengaku tidak menghabiskan biaya besar untuk APK. Menurut dia, APK tidak berpengaruh pada penambahan suara.

"APK hanya meyakinkan timses bahwa ini orang niat benar, serius nyaleg. Tetapi enggak nambah suara," kata dia.

Terkait saksi di TPS, Arsul mengatakan, partai yang akan membiayainya. Sebagai caleg, dia hanya diminta menyumbang sebagian kecil saja.

Cara hemat

Arsul juga memiliki cara untuk menghemat ongkos politiknya. Dalam pembentukan tim, misalnya, Arsul akan bekerja sama dengan caleg-caleg lokal separtai.

Dia berbagi tim dengan caleg tingkat DPRD. Kemudian, ongkos pembentukan tim itu juga dibagi bersama caleg lokal itu.

"Maka tim itu yang ketemu saya rata-rata hanya 3 kali. Selebihnya ketemu caleg daerah sana," kata dia.

Selain itu, pembuatan dan pemasangan APK juga dilakukan bersama caleg daerah.

Arsul mengatakan, bukan hal yang aneh jika melihat spanduk caleg diisi oleh 2 atau 3 caleg dari berbagai tingkatan.

"Jadi fotonya itu bertiga dalam satu baliho, yang seperti itu lebih banyak kalau untuk saya. Nanti bagi-bagi ongkosnya misal saya yang cetak balihonya. Lalu mereka yang pasang, pasang itu kan kadang mahal juga," ujar Arsul.

https://nasional.kompas.com/read/2019/04/11/06080001/cerita-caleg--buka-bukaan-arsul-sani-soal-biaya-kampanye

Terkini Lainnya

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke