Menurut dia, Prabowo tak melek teknologi karena minim konsep perbaikan pelayanan publik di tengah perkembangan teknologi informasi.
“Bayangkan saja negara lain seperti China, Jepang, Amerika dan banyak lainnya menerapkan e-government. Prinsipnya adalah tata kelola untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan good governance, tetapi tawaran toko sebelah justru teknologi lama,” ujar Misbakhun dalam keterangan tertulisnya, Selasa (2/4/2019).
Misbakhun mengatakan, konsep digital melayani ini sudah diterapkan pemerintah lewat Online Single Submission (OSS).
Sistem perizinan terpadu ini bisa dimanfaatkan investor kelas kakap, perusahaan, maupun perorangan untuk usaha kecil mikro.
Selain itu, pemerintahan Presiden Jokowi juga terus mendorong penerapan e-budgeting, e-katalog dan e-procurement.
“Inilah perwujudan Dilan dalam pelayanan publik yang selama pemerintahan Pak Jokowi sudah dirintis dan berjalan,” ujar Misbakhun.
Anggota Komis XI DPR itu menyebutkan, beberapa daerah sudah bisa menerapkan e-budgeting secara baik.
Bahkan, kata dia, penerapan teknologi informasi dalam menunjang pelayanan publik sudah menjangkau desa.
Contohnya, penggunaan aplikasi sistem keuangan desa (Siskeudes) versi 2.0. Oleh karena itu Misbakhun menegaskan, digitalisasi adalah sebuah keniscayaan.
“Masyarakat akan berjalan dalam peradaban digital. Pelayanan publik yang selama ini melalui manual, sudah mulai koputerisasi karena pemerintah mau tidak mau juga harus menyesuaikan diri dengan peradaban itu,” ujar Misbakhun.
Misbakhun yakin, digitalisasi layanan pemerintahan juga akan mencegah praktik korupsi.
Menurut dia, dengan teknologi informasi, maka pertemuan tatap muka yang membuka celah transaksi koruptif bisa diminimalkan.
“Bahkan tender-tender di pemerintahan pun kini tak perlu bertatap muka untuk mengetahui prosesnya karena procurement bisa diketahui oleh publik luas termasuk hasilnya. Sementara sejauh ini saya belum tahu tawaran dari toko sebelah (tim Prabowo),” kata dia.
Sebelumnya, dalam debat pilpres keempat pada Sabtu (30/3/2019) lalu, Jokowi menawarkan konsep "Dilan" untuk terus memperbaiki pelayanan birokrasi jika kembali terpilih dalam Pilpres 2019. Dilan adalah akronim dari digital melayani.
Sementara itu, rivalnya, Prabowo menyatakan rela menggunakan teknologi lama asalkan kekayaan Indonesia tidak lari ke luar negeri.
Ia khawatir teknologi digital justru akan membawa dampak negatif.
"Untuk apa cepat kalau cepatnya adalah kekayaan kita mengalir ke luar negeri. Saya lebih baik pakai teknologi lama, tapi kekayaan Indonesia tidak keluar dari Indonesia," ucap Prabowo.
https://nasional.kompas.com/read/2019/04/02/11190301/jokowi-punya-dilan-tkn-pertanyakan-gagasan-prabowo-benahi-pelayanan-publik