Salin Artikel

Prabowo Punya Argumen Bicara Bocornya Kekayaan Indonesia, Begini Ceritanya...

"Selalu berkali-kali saya katakan, saya baru tadi kasih sekadar sebuah slide. Sekarang saya akan memberikan sebuah cerita untuk menggambarkan fenomena bagaimna bocornya. Kan saya sering bilang bocor. Ada berbagai kesalahan bocor, saya kasih tahu cerita," kata Prabowo.

Ia pun menceritakan awal kali menjadi pengusaha saat tak lagi berdinas di TNI. Saat itu ia memimpin sebuah perusahaan kelapa sawit. Prabowo lantas mencontohkan seorang pengusaha kelapa sawit yang ia namai Hasan memulai bisnisnya

Hasan, kata Prabowo, harus meminta izin kepada bupati dan gubernur untuk mendapat izin prinsip. Setelah itu Hasan harus meminta izin membuka lahan ke Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan Kementerian Kehutanan. Selain itu Hasan harus mendapat izin Kementerian Pertanian untuk pengolahan kelapa sawitnya.

"Kemudian dia dapat. Apa yang dia dapat? HGU, Hak Guna Usaha. Dengan sertifikat HGU dia dapat ke mana? Ke bank. Bank mana? Bank pemerintah juga. Jadi coba bisa bayangkan tidak, pemerintah kasih izin, pemerintah keluarkan HGU," papar Prabowo.

"HGU dibawa ke bank pemerintah, dikasih modal. Jadi si Hasan ini bisa dikatakan hampir tidak punya modal, modal dengkul. Begitu dia dapat dengan HGU dia dapat kredit, di sini sudah mulai bocor," lanjut dia.

Kebocoran tersebut, sambung Prabowo, berasal dari kucuran kredit yang diberikan kepada pengusaha. Ia mengatakan saat itu biasanya pengusaha kelapa sawit mendapat pinjaman 4.000 dolar AS per hektar.

Padahal, menurut dia, biaya yang dibutuhkan untuk membuka lahan per hektarnya hanya 2.000 dolar AS.

"Kalau izin HGU-nya 100.000 hektar bisa dihitung, belum apa-apa, belum satu pohon pun di tanam sudah untung 2.000 dolar dikali 100.000 hektar. Sudah untung 100 juta dolar AS tapi belum satu pohon yang ditanam, oke. Belum selesai ini," papar Prabowo.


Ia lalu melanjutkan hingga sang pengusaha datang ke lahannya dan mendapati masih berupa hutan yang dipenuhi pepohonan. Pengusaha tersebut lalu meminta izin ke pemerintah daerah hingga pusat untuk menebang pohon.

Prabowo menaksir 1 hektar lahan biasanya menghasilkan 100-200 meter kubik kayu. Satu meter kubik kayu diperkirakan sekitar Rp 1 juta.

"Sudara-saudara, celakanya begitu diusung semua (kayu), belum satu pohon ditanam, sebagian keuntungan itu sudah ada. Dan itu dibuat apa? Dikirim ke luar negeri. Karena apa? Karena Indonesia liberal. Kita sekarang devisa bebas. Kita lebih liberal dari mbahnya liberal," ujar Prabowo.

Selanjutnya, kata Prabowo, setelah pohon sawit berbuah maka pengusaha tersebut akan membuat pabrik untuk mengolah hasilnya. Biasanya, lanjut dia, pengusaha tersebut akan kembali mendapatkan kredit dari bank pemerintah.

Ia menambahkan tak jarang nilai kredit yang diajukan dilebih-lebihkan dari kebutuhan awal sehingga pengusaha sawit kembali mendapat untung.

Selesai diolah, minyak sawit akhirnya dibawa menggunakan truk ke pelabuhan-pelabuhan untuk dikirim ke luar negeri.

"Jadi yang tahu, yang jelas perusahan yang saya kelola, saya waktu itu tiap hari puluhan tangki. Dia pakai solar subsidi rakyat. Pakai APBN. Dia pakai jalan kabupaten, dia lewat jembatan kabupaten, dia pakai jalan provinsi, jalan nasional, APBD, APBN, sampai ke pelabuhan," ujar Prabowo.

"Naik ke atas kapal-kapal, kelapa sawit dikirim ke luar negeri. Uangnya tidak kembali ke Indonesia. Ini yang terjadi saudara-saudara. Saya bertanya, apakah kita pinter atau tidak pinter?" lanjut dia.

Namun, ia mengaku hal itu tak berlaku untuknya. Prabowo menyatakan tak pernah melarikan keuntungannya ke luar negeri saat menjadi pengusaha kelapa sawit.

"Saudara-saudara, saya benar, saya pengusaha kelapa sawit. Saya benar punya HGU. Tapi saya ada kesadararan, rasa tanggung jawab terhadap bangsa dan rakyat saya. Tidak sampai hati uang ditaruh di luar negeri. Uang masuk ke dalam," ujar Prabowo lagi.

https://nasional.kompas.com/read/2019/03/03/19362431/prabowo-punya-argumen-bicara-bocornya-kekayaan-indonesia-begini-ceritanya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke