Politisi yang akrab disapa Cak Imin itu yakin Presiden Jokowi akan menawarkan dirinya posisi sebagai cawapres meski beberapa parpol sudah mengajukan sejumlah nama untuk disandingkan.
"Saya masih optimistis Pak Jokowi akan mengajak saya," ujar Cak Imin saat ditemui di Gedung Serbaguna Masjid Baiturrahman, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (6/3/2018).
Rasa optimistis Cak Imin semakin bertambah setelah bertemu Presiden Jokowi, Jumat (23/3/2018) lalu di Istana Kepresidenan Jakarta.
Menurut Cak Imin, dirinya memiliki kecocokan yang positif dengan sosok Jokowi.
Bahkan, ia menyebut kunci kemenangan Jokowi pada Pilpres 2019 mendatang ada di PKB.
Cak Imin menilai pemilihan presiden 2014 lalu dapat menjadi indikator. Ia mengklaim partainya menyumbang 11 juta suara untuk Jokowi-Jusuf Kalla. Meski, Cak Imin juga mengakui bahwa "arah angin" bisa saja berubah. Cak Imin menyebut, bergantung pada takdir.
Lantas, apakah PKB akan mencabut dukungan kepada Jokowi jika Cak Imin tak dipilih sebagai cawapres?
Wakil Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Daniel Johan menuturkan bahwa partainya belum membicarakan terkait kemungkinan tersebut.
Menurut Daniel, hal itu nantinya akan akan dibicarakan saat Musyawarah Pimpinan Nasional (Muspimnas) sekaligus memutuskan secara resmi PKB untuk mengusung Cak Imin sebagai Cawapres 2019.
"Belum diputuskan. Itu diputuskan oleh Muspimnas nanti bulan Juni. Saya juga belum tahu bagaimana keputusannya. Tetapi saat ini seluruh kader se-nusantara keras Cak Imin harus maju jadi wapres. Minimal wapres," ujar Daniel saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (26/3/2019).
Selain itu, lanjut Daniel, Muspimnas juga akan membahas kemungkinan PKB akan mengalihkan dukungan ke Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
"Segala kemungkinan dibahas nanti di Muspimnas bulan Juni," tuturnya.
Daniel sendiri mengaku tidak mengetahui apakah Cak Imin pernah menemui Prabowo untuk membahas soal Pilpres 2019.
"Jujur saya tidak pernah mendampingi Cak Imin bertemu Pak Prabowo, jadi saya enggak pernah tahu," tuturnya.
"Bisa saja itu terjadi pertemuan, tapi itu kan jadi hal yang wajar ya sesama pimpinan parpol berkomunikasi, itu bagus-bagus saja. Sebagaimana Pak Jokowi berkomunikasi dengan yang lain kan," kata Daniel.
Secara terpisah, Wakil Sekjen PKB Jazilul Fawaid menuturkan bahwa Cak Imin lebih memilih untuk mengajukan diri sebagai capres jika tak terpilih sebagai Cawapres pendamping Presiden Joko Widodo di Pilpres 2019.
Hal itu ia ungkapkan saat ditanya soal kemungkinan PKB akan menarik dukungan terhadap Presiden Jokowi apabila tak memilih Cak Imin sebagai cawapres.
"Ya nyapres (maju capres). Kalau nyapres berarti bertanding. Kalau diterima dan memungkinkan, nyapres," ujar Jazilul saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (26/3/2018).
Jazilul juga memprediksi Cak Imin tak akan merapat ke kubu Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
"Kalau menyeberang juga cawapres posisinya. Sama saja," ucapnya.
Meski demikian, Jazilul tetap yakin Presiden Jokowi akan memilih Cak Imin sebagai Cawapres.
Ia menilai komunikasi antara Cak Imin dan Presiden Jokowi berlangsung baik dalam membicarakan kelanjutan koalisi.
"Pada intinya, bagus. Artinya komunikasinya cair, mendialogkan secara santai terkait dengan kelanjutan koalisi," kata Jazilul.
Cawapres tak berpengaruh
Sementara itu, Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya menilai faktor calon wakil presiden tidak akan berpengaruh terhadap kemenangan Presiden Joko Widodo di Pilpres 2019. Menurut Yunarto, elektabilitas Jokowi saat ini justru ditentukan oleh faktor kinerja.
"Sebetulnya saya pribadi juga melihat apakah faktor wapres juga jadi faktor utama yang akan mempengaruhi kemenangan di 2019. Menurut saya tidak, faktor Jokowi dan kinerjanya sendiri kok," ujar Yunarto saat ditemui di Rakernas Partai Golkar, Hotel Sultan, Jakarta, Jumat (23/3/2018).
Tak hanya Cak Imin, belakangan, sejumlah nama muncul dari kalangan parpol dan non-parpol untuk diusulkan sebagai cawapres pendamping Jokowi.
Partai Hanura misalnya, mengusulkan nama Wiranto yang saat ini menjabat sebagai Menko Polhukam. Dari kalangan masyarakat sipil, nama mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD sempat mencuat.
Namun, Yunarto melihat seluruh nama yang muncul tersebut tak satupun yang mampu mengangkat elektabilitas Jokowi.
"Kalau kita lihat survei-survei kan tidak ada satupun nama yang bisa mengangkat nama Jokowi sangat tinggi. rata-rata nama itu hanya nebeng," ucapnya.
Yunarto justru melihat posisi cawapres lebih memberikan keuntungan terhadap partai politik.
Siapapun yang menjadi pendamping Jokowi, kata Yunarto, partai pengusung akan mendapatkan tingkat elektoral yang tinggi dalam pemilu legislatif. Sebab, Pileg dan Pilpres 2019 mendatang akan digelar secara serentak.
"Siapapun yang mendapatkan cawapres Jokowi, partai tersebut akan mendapatkan limpahan suara, bonus elektoral karena Pilpres dilaksanakan bersamaan dengan Pileg," kata Yunarto.
"Makanya jangan-jangan pertarungan terbesar 2019 bukan di perebutan presiden, karena sepertinya Jokowi terlalu kuat, tapi di perebutan calon wakil presiden," tambahnya.
https://nasional.kompas.com/read/2018/03/27/07253921/akankah-kepercayaan-diri-cak-imin-jadi-kunci-kemenangan-jokowi-di-pilpres