Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Keluarga Korban Pelanggaran HAM Berusaha Saling Menguatkan...

Kompas.com - 20/06/2017, 18:29 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kantor Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) mendadak dipenuhi puluhan pria dan perempuan lanjut usia, Selasa (20/6/2017) sore.

Mereka adalah keluarga korban dari pelanggaran HAM di masa lalu. Namun, kedatangan mereka bukan untuk meminta advokasi kepada Kontras, melainkan menghadiri buka puasa bersama bertajuk "Musnahkan Kebencian dengan Cinta".

Koordinator Kontras Yati Andriyani mengatakan, acara yang didukung oleh Lazismu ini memang dipersembahkan untuk korban dan keluarga korban pelanggaran HAM di masa lalu.

Ketika negara yang diharapkan hadir namun tak kunjung memberikan keadilan untuk mereka, kata Yati, maka di sinilah mereka dapat berkumpul dan saling menguatkan, khususnya di bulan Ramadhan.

"Ruang ini memperkuat mereka untuk saling mendukung dalam memperjuangkan hak mereka," ujar Yati di Kontras, Kwitang, Jakarta Pusat, Selasa (20/6/2017).

Yati menambahkan, alasan lain Kontras memilih tema "Musnahkan Kebencian dengan Cinta" karena melihat polarisasi yang terjadi di masyarakat sejak Pikada DKI Jakarta berlangsung tapi masih terjadi sampai kini.

Misalnya, maraknya aksi persekusi yang terjadi beberapa waktu lalu. Hal itu menandakan bahwa sekat antarmasyarakat yang tercipta saat pilkada masih ada. Bahkan, ada potensi bahwa isu SARA yang bergulir saat ini dipolitisasi untuk tujuan tertentu.

"Pasca-pilkada terjadi polarisasi yang sangat tajam. Jangan sampai ini berlanjut ke pilkada-pilkada selanjutnya," kata Yati.

Sementara salah seorang perwakilan korban pelanggaran HAM, Teguh Pambudi Agung Satriono berharap kasus pelanggaran ham dapat dituntaskan. Ia juga mengajak agar seluruh pihak tak pernah merasa lelah dalam perjuangan penegakan HAM.

"Selama ini sangat menjemukan, tapi kalau kami diam akan tenggelam. Sedangkan kami perjuangkan saja belum terungkap," kata Teguh saat memberikan sambutan acara.

"Bukan korban peristiwa '65 saja, tapi semua korban pelanggaran HAM," tambah dia.

(Baca juga: Pelanggaran HAM Masa Lalu Diselesaikan Melalui Rekonsiliasi karena Sulit Bukti dan Saksi )

Kompas TV Aksi Tabur Bunga Warnai Peringatan Tragedi 12 Mei 1998
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com