JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Budi Waseso mengatakan, ada 11 negara yang menyuplai narkotika ke Indonesia.
Sebelum bermuara di Indonesia, narkotika tersebut transit terlebih dahulu di Singapura dan Malaysia.
"Semua muara akhirnya di Indonesia, mereka melalui dua negara subtransit, yaitu Malaysia dan Singapura," kata Budi, dalam sebuah diskusi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (31/3/2017).
Budi mengungkapkan, hingga saat ini, Indonesia belum bisa bekerja sama dengan dua negara tersebut untuk mengungkap jaringan besar narkotika.
Salah satunya karena terbentur aturan di masing-masing negara. Misalnya, aturan mengenai penindakan hukum yang tak bisa dilakukan jika tidak dilakukan di negara tersebut.
"Tapi permasalahannya itu masuk ke daratan Indonesia," ujar mantan Kabareskrim Polri itu.
Di sisi lain, Budi mencontohkan, Australia sempat melayangkan protes saat wilayahnya kemasukan 7 kilogram narkotika dari Indonesia.
Sedangkan yang masuk ke Indonesia mencapai berton-ton. Indonesia yang terdiri dari banyak pulau, lemah secara geografis untuk menekan masuknya narkotika.
Dengan banyaknya "pelabuhan tikus" di sejumlah titik, narkotika dapat masuk dari berbagai penjuru. Padahal, ada 72 jaringan aktif narkotika yang termonitor.
Barang yang didistribusikan disembunyikan sehingga BNN juga tidak mengetahui di mana barang tersebut sebelum ada yang memesan.
Setelah dipesan, baru bisa ditelisik dan disita.
Budi mengatakan, jika operasi penindakan narkotika semakin giat dilakukan, maka narkotika yang ditemukan akan semakin banyak.
Ia mengingatkan, memberantas peredaran narkotika merupakan tugas seluruh kementerian/ lembaga dan masyarakat Indonesia.
"Presiden menyatakan Indonesia darurat narkoba tapi belum semua kementerian/lembaga berbuat untuk itu. Tidak bisa serahkan saja pada BNN dan Polri, selesai. Mana mungkin dengan kondisi demikian," kata Budi.