JAKARTA, KOMPAS.com – Wakil Presiden Jusuf Kalla berharap hasil sidang tingkat menteri pada Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) ke-171 dapat mendongkrak harga jual minyak dunia.
"Harga mudah-mudahan naik, jadi produksi bisa lebih baik lagi," kata Wapres di Jakarta, Rabu (30/11/2016).
Dalam kegiatan tersebut, Indonesia diwakili oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan.
Seperti diberitakan Harian Kompas, sejumlah kalangan pesimistis sidang akan memutuskan untuk mengurangi produksi minyak agar harga naik ke posisi yang lebih baik.
Kalla menambahkan, apapun keputusan sidang yang dihasilkan pada KTT yang diselenggarakan di Wina, Austria, tersebut, sebenarnya tidak akan berdampak besar terhadap Indonesia.
Sebab, saat ini Indonesia telah beralih status sebagai negara pengimpor minyak.
"Kita sebenarnya bukan lagi pengekspor, kita pengimpor. Jadi tidak ada pengaruhnya ke Indonesia," ujarnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada Sabtu (26/11/2016), mengatakan, tidak akan mudah bagi OPEC untuk sepakat mengurangi produksi minyak dalam jumlah tertentu.
Alasannya, sejumlah negara anggota OPEC justru ingin terus meningkatkan atau mempertahankan produksi pada level saat ini. Demikian pula negara bukan OPEC seperti Rusia.
Umumnya, negara-negara tersebut bergantung pada penjualan minyak atau yang ingin mempertahankan pangsa pasar.
Oleh sebab itu, salah satu sinyal penting yang diharapkan masyarakat, menurut Sri Mulyani, adalah sikap Arab Saudi dan pemain-pemain besar lainnya.
Untuk Arab Saudi sebagai produsen terbesar di OPEC, sinyal yang ditunggu apakah tetap berorientasi menjaga pangsa pasarnya.
Sehingga, harga akan rendah atau bersama dengan pemain-pemain besar lainnya mau berkolaborasi mengendalikan produksinya. Pemain besar yang dimaksud terutama adalah Iran, Venezuela, dan Rusia.