JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy melayat Intan Olivia, Senin (14/11/2016) kemarin.
Intan adalah bocah berusia empat tahun yang meninggal dunia akibat terkena ledakan bom molotov di Gereja Oikumene pada Minggu (13/11/2016).
"Saya ikut berdukacita yang sangat mendalam," ujar Muhadjir seperti dikutip dari siaran pers resmi Kemendikbud, Selasa (15/11/2016).
Muhadjir menyampaikan ucapan yang sama kepada keluarga Intan sebagai perwakilan Presiden Joko Widodo.
"Saya sampaikan salam dari Pak Presiden. Semoga keluarga bersabar dan menerima dengan ikhlas," kata dia.
Muhadjir mengutuk keras aksi teror itu. Ia menyebut, paham radikal-lah yang menjadi penyebab utama.
"Mereka sungguh kejam telah mencabut kebahagiaan dan masa depan anak-anak kita. Serangan teror ini adalah ancaman bagi NKRI, pelaku harus dihukum seberat-beratnya," ujar dia.
Dalam kesempatan itu, Muhadjir mengatakan, seluruh biaya pengobatan Intan semasa hidup akan ditanggung pemerintah. Pembiayaan yang sama juga berlaku bagi korban lainnya.
Muhadjir berharap tiga korban lain yang juga masih berusia anak-anak segera pulih.
"Saya juga punya anak yang masih kecil. Saya tidak tega melihat mereka seperti ini," ujar Muhadjir.
(Baca juga: Presiden Harap Pelaku Teror Bom di Samarinda Dihukum Seberat-beratnya)
Peristiwa ledakan di Gereja Oikumene, Samarinda, terjadi Minggu sekitar pukul 10.00 WITA. Selain Intan, bom melukai tiga anak lain, yakni Triniti (3), Alfaro (5), dan Anita (4).
Pelaku diketahui ditangkap seusai melakukan aksinya. Pelaku bernama Juhanda alias Jo bin Muhammad Aceng. Dia merupakan eks narapidana perkara bom buku di Tangerang.
Presiden Joko Widodo di Jakarta memerintahkan Polri mengusut tuntas aksi teror itu. (Baca: Jokowi Minta Kapolri Usut Tuntas Ledakan di Samarinda)
"Saya sudah perintahkan Kapolri untuk menangani, lakukan sebuah penegakan hukum yang tegas dan usut secara tuntas si pelaku," ujar Presiden di Hotel Bidakara, Jakarta, Minggu sore.