Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polri Sebut Masih Banyak Anggota Interpol yang Enggan Berbagi Data Terorisme

Kompas.com - 11/11/2016, 11:26 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

KUTA, KOMPAS.com - Sekretaris National Central Bureau (NCB) Interpol Indonesia, Naufal M Yahya mengatakan, tak semua negara anggota Interpol serius memerangi terorisme.

Ia menyebut, ada juga negara-negara yang enggan berbagi data terkait gerakan terorisme di negaranya.

"Masih cukup banyak (yang tidak mau berbagi informasi), saya tidak tahu persis jumlahnya," ujar Naufal saat ditemui di Kuta, Bali, Jumat (11/11/2016).

Naufal menyebut, negara-negara tersebut merasa diuntungkan dengan kegiatan radikal itu.

(baca: Dalam Sidang Interpol, RI Kritik Singapura yang Kerap Abaikan "Red Notice")

Namun, ia enggan menyebut negara apa saja. Ia meyakini bahwa di negara manapun, kelompok terorisme sangat merugikan.

"Tapi seperti yang tadi, yang dapat keuntungan dia akan diam. Abstain," kata Naufal.

Meski begitu, sebagian besar negara peserta Interpol sepakat dengan adanya sistem Foreign Terrorism Fighter.

(baca: Menteri Susi: Interpol Harus Punya Peran Penting Perangi "Illegal Fishing")

Mereka akan memberikan data yang dibutuhkan terkait gerakan radikal sehingga mempermudah pemberantasan terorisme.

"Mereka menyatukan database, kemudian masalah penindakan dan pencegahan itu dilakukan di masing-masing negara," kata Naufal.

Sidang umum Interpol digelar mulai Senin (7/11/2016) hingga Kamis (10/11/2016). Pada hari terakhir sidang, dilakukan pemilihan presiden baru menggantikan Balestrazzi.

(baca: Wakil Menteri Keamanan China Terpilih Jadi Presiden Interpol)

Akhirnya terpilih Meng Hongwei, Wakil Menteri Keamanan China, sebagai Presiden Interpol 2016-2020. Kebetulan, sidang umum Interpol 2017 digelar di China.

Dalam sidang ini, setidaknya ada tiga poin besar yang dibahas. Pertama, soal pemberantasan terorisme.

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menjadi pembicara utama dalam pembahasan tersebut.

Kedua, soal kejahatan terorganisir yang meliputi human trafficking, korupsi, dan pencucian uang. Serta terakhir soal cyber crime yang menjadi salah satu masalah utama dalam kejahatan transnasional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

Nasional
Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

[POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com