Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembangunan Perpustakaan DPR Dinilai Hanya untuk Kelabui Publik

Kompas.com - 25/03/2016, 10:41 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Rencana DPR yang hendak membangun perpustakaan terbesar se-Asia Tenggara atas usul para cendekiawan dinilai hanya akal-akalan untuk mengelabui publik.

Direktur Center Budget Analysis Uchok Sky Khadafi curiga, upaya akal-akalan ini dilakukan karena rencana pembangunan gedung baru DPR yang sudah dianggarkan sebesar Rp 570 miliar dalam APBN 2016 banyak mendapat penolakan dari publik.

Selanjutnya, Uchok menilai, pihak DPR tidak putus asa soal banyaknya penolakan pembangunan gedung baru ini.

Setelah kedatangan cendekiawan ke DPR pada Selasa (22/3/2016) kemarin, Ketua DPR Ade Komarudin dianggap Uchok seperti mendapat amunisi baru untuk pembangunan gedung.

"Kali ini, judulnya bukan lagi gedung baru. Agar lebih intelektual, DPR diwacanakan mau bangun perpustakaan termegah se-Asia agar mendapat dukungan dari publik," kata Uchok, Jumat.

Dengan sikapnya yang ngotot untuk membangun perpustakaan ini, lanjut Uchok, sangat terlihat bahwa Ketua DPR tidak konsisten dengan ucapannya.

Sebab, pada awal Maret lalu, Ade sempat mengaku setuju, pembangunan gedung baru dibatalkan karena menghormati kebijakan pemerintah melakukan moratorium pembangunan gedung baru di kementerian dan lembaga.

(Baca: Ketua DPR Setuju Pembangunan Gedung Baru Lembaganya Dibatalkan)

"Bisa-bisanya mulut selalu berubah-ubah seenaknya sesuai seleranya. Baru kemarin mau melakukan moratorium, hari ini berubah lagi, ingin melanjutkan pembangunan gedung DPR, dengan judul perpustakaan untuk dugaan ingin mengelabui publik," tutur Uchok.

Uchok pun meminta agar publik waspada dan tidak langsung menyetujui rencana pembangunan perpustakaan ini.

Dia menilai, pembangunan perpustakaan hanya menghabiskan uang rakyat. Sebab, belum tentu perpustakaan itu dapat menunjang kinerja anggota DPR.

"Saat ini saja, perpustakaan sudah bagus, kok. Namun sayang, perpustakaan sekarang saja jarang dikunjungi oleh anggota Dewan," kata dia.

Uchok khawatir, nantinya pembangunan gedung hanya akan jadi proyek bancakan. Dia pun meminta DPR untuk segera menghentikan pembangunan gedung baru, baik itu perpustakaan, penambahan ruangan, alun-alun demokrasi, maupun lainnya.

"Segera kembalikan alokasi anggaran sebesar Rp 570 miliar ke kas negara," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kakorlantas Minta Personel Pengamanan WWF di Bali Jaga Etika

Kakorlantas Minta Personel Pengamanan WWF di Bali Jaga Etika

Nasional
KPU Pastikan Verifikasi Data Dukungan Calon Perseorangan Pilkada 2024

KPU Pastikan Verifikasi Data Dukungan Calon Perseorangan Pilkada 2024

Nasional
554 Kloter Jemaah Haji Reguler Sudah Kantongi Visa, Siap Berangkat Mulai 12 Mei

554 Kloter Jemaah Haji Reguler Sudah Kantongi Visa, Siap Berangkat Mulai 12 Mei

Nasional
Anggap Wajar Prabowo Wacanakan 41 Kementerian, Demokrat: Untuk Respons Tantangan Bangsa

Anggap Wajar Prabowo Wacanakan 41 Kementerian, Demokrat: Untuk Respons Tantangan Bangsa

Nasional
PAN Gelar Rakornas Pilkada Serentak, Prabowo Subianto Bakal Hadir

PAN Gelar Rakornas Pilkada Serentak, Prabowo Subianto Bakal Hadir

Nasional
KPK Ancam Pidanakan Pihak yang Halangi Penyidikan TPPU Gubernur Malut

KPK Ancam Pidanakan Pihak yang Halangi Penyidikan TPPU Gubernur Malut

Nasional
KPK Sita Aset Gubernur Malut Rp 15 Miliar dari Nilai TPPU Rp 100 Miliar Lebih

KPK Sita Aset Gubernur Malut Rp 15 Miliar dari Nilai TPPU Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Mantu Jokowi Akan Maju Pilkada Sumut, PDI-P Singgung Jangan Ada 'Abuse of Power'

Mantu Jokowi Akan Maju Pilkada Sumut, PDI-P Singgung Jangan Ada "Abuse of Power"

Nasional
Menantu Jokowi Bakal Maju Pilkada Sumut, PDI-P: Jangan Terjadi Intervensi

Menantu Jokowi Bakal Maju Pilkada Sumut, PDI-P: Jangan Terjadi Intervensi

Nasional
Isu Tambah Kementerian dan Bayang-bayang Penambahan Beban Anggaran

Isu Tambah Kementerian dan Bayang-bayang Penambahan Beban Anggaran

Nasional
Eks Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin Mangkir dari Panggilan KPK

Eks Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin Mangkir dari Panggilan KPK

Nasional
Kementan Era SYL Diduga Beri Auditor BPK Rp 5 Miliar demi Opini WTP, Anggota DPR: Memalukan

Kementan Era SYL Diduga Beri Auditor BPK Rp 5 Miliar demi Opini WTP, Anggota DPR: Memalukan

Nasional
Sekjen DPR Indra Iskandar Minta KPK Tunda Pemeriksaan

Sekjen DPR Indra Iskandar Minta KPK Tunda Pemeriksaan

Nasional
Pansel Capim KPK Masih Digodok, Komposisinya 5 Unsur Pemerintah dan 4 Wakil Masyarakat

Pansel Capim KPK Masih Digodok, Komposisinya 5 Unsur Pemerintah dan 4 Wakil Masyarakat

Nasional
Bukan Pengurus Pusat PDI-P, Ganjar Disarankan Bikin Ormas agar Tetap Eksis di Politik

Bukan Pengurus Pusat PDI-P, Ganjar Disarankan Bikin Ormas agar Tetap Eksis di Politik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com