"Presiden Jokowi akan semakin sulit membedakan mana lawan dan mana kawan karena bergabungnya Golkar dan PPP tetap harus dicurigai, yang terbentuk adalah koalisi persekongkolan dan sikap politik berpura-pura," kata pengamat politik Indstrategi, Pangi Syarwi Chaniago saat dihubungi Kompas.com, Rabu (27/1/2016).
Pangi mengatakan, mulai sekarang polarisasi yang terbentuk tidak lagi pola simetris antara kelompok oposisi versus koalisi. Partai koalisi bercita rasa oposisi, lanjut dia, pernah terjadi di rezim Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono.
(Baca: Demi SK Pengesahan, PPP Djan Faridz Akan Dukung Pemerintah)
Saat itu, PKS yang sudah menyatakan diri sebagai partai pendukung pemerintah dan mendapatkan kursi menteri, justru tidak mendukung kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi.
"Dalam konteks sistem presidensial tidak mengenal oposisi, yang ada hanya persekongkolan, bicara apa, siapa, dapat apa dan bagaimana," ucap pengajar di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
Pangi justru melihat kemungkinan Golkar dan PPP untuk membelot dari pemerintahan jauh lebih besar. Sebab, tak bisa dipungkiri alasan kedua parpol ini mendukung pemerintah adalah untuk mendapatkan SK pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly.
(Baca: Semua Peserta Rapimnas Kubu Aburizal Setuju Golkar Dukung Pemerintah)
"Mereka mengunakan jurus terjepit dan berputar haluan sedikit, the power of kepepet karena hanya ingin dapat pengesahan Kemenkumham dulu. Setelah itu, bukan tidak mungkin di tengah jalan partai tersebut berbelok," ujar dia.
Deklarasi dukungan Golkar kubu Aburizal terhadap pemerintah disampaikan dalam penutupan Rapat Pimpinan Nasional di JCC Senayan, Jakarta, Senin (25/1/2016) malam.
Pernyataan dukungan diserahkan Aburizal kepada Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly, dan Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo yang hadir dalam acara tersebut.
(Baca: Golkar Dukung Pemerintah, Gerindra dan PKS Tetap Setia di KMP untuk Mengawasi)
Wakil Presiden Jusuf Kalla turut menyaksikan deklarasi dukungan itu. Selain mengubah haluan politik, Rapimnas Golkar yang digelar selama tiga hari ini juga mengambil satu keputusan penting lainnya, yakni menggelar musyawarah nasional luar biasa (munaslub).
Namun, kubu Aburizal meminta pengesahan terlebih dahulu dari pemerintah sehingga mempunyai legalitas untuk menyelenggarakan Munaslub.
Ketua Umum PPP hasil Muktamar Jakarta Djan Faridz usai menghadiri rapimnas tersebut juga mengatakan akan membawa partainya mendukung pemerintahan Jokowi-JK.