Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Diprediksi Makin Sulit Bedakan Kawan dan Lawan

Kompas.com - 27/01/2016, 10:37 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bergabungnya Partai Golkar kubu Aburizal Bakrie dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kubu Djan Faridz ke pemerintahan dinilai tak akan selalui berdampak positif. Bisa jadi, bergabungnya dua parpol tersebut justru akan menimbulkan masalah baru bagi Presiden Joko Widodo.

"Presiden Jokowi akan semakin sulit membedakan mana lawan dan mana kawan karena bergabungnya Golkar dan PPP tetap harus dicurigai, yang terbentuk adalah koalisi persekongkolan dan sikap politik berpura-pura," kata pengamat politik Indstrategi, Pangi Syarwi Chaniago saat dihubungi Kompas.com, Rabu (27/1/2016).

Pangi mengatakan, mulai sekarang polarisasi yang terbentuk tidak lagi pola simetris antara kelompok oposisi versus koalisi. Partai koalisi bercita rasa oposisi, lanjut dia, pernah terjadi di rezim Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono.

(Baca: Demi SK Pengesahan, PPP Djan Faridz Akan Dukung Pemerintah)

Saat itu, PKS yang sudah menyatakan diri sebagai partai pendukung pemerintah dan mendapatkan kursi menteri, justru tidak mendukung kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi.

"Dalam konteks sistem presidensial tidak mengenal oposisi, yang ada hanya persekongkolan, bicara apa, siapa, dapat apa dan bagaimana," ucap pengajar di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

Pangi justru melihat kemungkinan Golkar dan PPP untuk membelot dari pemerintahan jauh lebih besar. Sebab, tak bisa dipungkiri alasan kedua parpol ini mendukung pemerintah adalah untuk mendapatkan SK pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly.

(Baca: Semua Peserta Rapimnas Kubu Aburizal Setuju Golkar Dukung Pemerintah)

"Mereka mengunakan jurus terjepit dan berputar haluan sedikit, the power of kepepet karena hanya ingin dapat pengesahan Kemenkumham dulu. Setelah itu, bukan tidak mungkin di tengah jalan partai tersebut berbelok," ujar dia.

Deklarasi dukungan Golkar kubu Aburizal terhadap pemerintah disampaikan dalam penutupan Rapat Pimpinan Nasional di JCC Senayan, Jakarta, Senin (25/1/2016) malam.

Pernyataan dukungan diserahkan Aburizal kepada Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly, dan Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo yang hadir dalam acara tersebut.

(Baca: Golkar Dukung Pemerintah, Gerindra dan PKS Tetap Setia di KMP untuk Mengawasi)

Wakil Presiden Jusuf Kalla turut menyaksikan deklarasi dukungan itu. Selain mengubah haluan politik, Rapimnas Golkar yang digelar selama tiga hari ini juga mengambil satu keputusan penting lainnya, yakni menggelar musyawarah nasional luar biasa (munaslub).

Namun, kubu Aburizal meminta pengesahan terlebih dahulu dari pemerintah sehingga mempunyai legalitas untuk menyelenggarakan Munaslub.

Ketua Umum PPP hasil Muktamar Jakarta Djan Faridz usai menghadiri rapimnas tersebut juga mengatakan akan membawa partainya mendukung pemerintahan Jokowi-JK.

Kompas TV PPP Merapat ke Istana?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Nasional
Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

Nasional
Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Nasional
Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Nasional
Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Nasional
Soal 'Presidential Club', Djarot PDI-P: Pak Prabowo Kurang Pede

Soal "Presidential Club", Djarot PDI-P: Pak Prabowo Kurang Pede

Nasional
Polri Serahkan Kasus TPPU Istri Fredy Pratama ke Kepolisian Thailand

Polri Serahkan Kasus TPPU Istri Fredy Pratama ke Kepolisian Thailand

Nasional
Evaluasi Arus Mudik, Jokowi Setuju Kereta Api Jarak Jauh Ditambah

Evaluasi Arus Mudik, Jokowi Setuju Kereta Api Jarak Jauh Ditambah

Nasional
Prajurit TNI AL Tembak Sipil di Makassar, KSAL: Proses Hukum Berjalan, Tak Ada yang Kebal Hukum

Prajurit TNI AL Tembak Sipil di Makassar, KSAL: Proses Hukum Berjalan, Tak Ada yang Kebal Hukum

Nasional
Demokrat Tak Keberatan PKS Gabung Pemerintahan ke Depan, Serahkan Keputusan ke Prabowo

Demokrat Tak Keberatan PKS Gabung Pemerintahan ke Depan, Serahkan Keputusan ke Prabowo

Nasional
Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Nasional
Soal Kekerasan di STIP, Menko Muhadjir: Itu Tanggung Jawab Institusi

Soal Kekerasan di STIP, Menko Muhadjir: Itu Tanggung Jawab Institusi

Nasional
Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Nasional
Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com