Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agung Laksono: Jika Tak Segera Berakhir, Kasus Novanto Akan Timbulkan Guncangan Baru

Kompas.com - 20/11/2015, 21:33 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kasus pencatutan nama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang diduga dilakukan oleh Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto diperkirakan akan menimbulkan guncangan politik baru di DPR.


"Kalau kegaduhan ini dibiarkan terlalu lama, maka akan menimbulkan turbulensi politik baru," kata Ketua Umum Partai Golkar hasil Munas Jakarta, Agung Laksono, di kediamannya, Jumat (20/11/2015).

Terlebih lagi, mulai muncul desakan agar Novanto mengundurkan diri untuk sementara selama penyelidikan dilakukan oleh Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD).

Agung menganggap Novanto perlu mengundurkan diri sementara apabila hal tersebut memang sesuai dengan mekanisme beracara di MKD. (Baca: Setya Novanto Diminta Mengundurkan Diri Sementara sebagai Ketua DPR )

Dia mendorong MKD segera menyelesaikan persoalan ini. Pasalnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said telah melengkapi laporannya ke MKD dengan transkrip percakapan dan rekaman asli. 

"Kita harap MKD tidak masuk angin, tidak kemudian layu sebelum berkembang," kata dia. (Baca: MKD Bisa Gelar Sidang Terbuka Kasus Setya Novanto, Ini Argumentasinya)

Sementara itu, terkait posisi Novanto di Golkar, Agung mengungkapkan tetap harus dikedepankan asas praduga tak bersalah.

Selama belum ada putusan yang menguatkan tudingan Sudirman, Novanto masih tetap kader Golkar.

Novanto sebelumnya dilaporkan Sudirman ke MKD lantaran diduga mencatut nama Presiden dan Wapres kepada PT Freeport Indonesia. (Baca: Capek, Sejumlah Anggota DPR Akan Ajukan Mosi Tak Percaya Setya Novanto )

Novanto disebut menjanjikan dapat mengatur renegosiasi kontrak Freeport asalkan perusahaan asal Amerika Serikat itu memberikan 11 persen saham kepada Presiden dan 9 persen saham kepada Wapres.

Tak hanya itu, Novanto juga meminta agar diberi saham suatu proyek listrik yang akan dibangun di Timika, sekaligus meminta agar Freeport menjadi investor sekaligus pembeli tenaga listrik yang dihasilkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com