Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Bentuk Komite untuk Selesaikan Masalah HAM Masa Lalu

Kompas.com - 02/07/2015, 14:06 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah terus berupaya untuk menyelesaikan persoalan hak asasi manusia berat di masa lalu. Salah satu langkah yang akan dilakukan adalah dengan membentuk Komite Kebenaran Penyelesaian Masalah HAM Masa Lalu.

Ketua Komnas HAM Nurkholis mengatakan, komite tersebut nantinya akan terdiri atas 15 orang yang bekerja di bawah koordinasi Presiden Joko Widodo. Meski demikian, hingga kini belum disusun rencana kerja yang akan dilakukan guna mengusut persoalan HAM tersebut.

"15 orang itu terdiri atas unsur korban atau masyarakat, Komnas HAM, Kejaksaan Agung, purnawirawan TNI, purnawirawan kepolisian dan beberapa tokoh yang kredibel," kata Nurkholis, usai menggelar pertemuan tertutup dengan Jaksa Agung HM Prasetyo di Kejaksaan Agung, Kamis (2/7/2015).

Dalam pertemuan itu turut hadir Menkopolhukkam Tedjo Edhy Purdijatno, Kepala Badan Intelijen Negara Marciano Norman, Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly, dan Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko.

Jaksa Agung HM Prasetyo mengatakan, proses penyelesaian kasus HAM nantinya akan dititikberatkan penyelesaiannya di Kejaksaan Agung dan Komnas HAM. Meski demikian, kedua lembaga itu nantinya akan memberikan laporan secara periodik kepada Presiden Joko Widodo.

"Kami sepakat agar persoalan HAM berat masa lalu dapat diselesaikan secepat mungkin untuk diselesaikan pada periode sekarang," kata Prasetyo.

Pola kesalahan negara

Nurkholis menuturkan, dalam menjalankan tugasnya, komite ini nantinya tidak akan melakukan pendekatan kasus per kasus. Komite akan meneliti apakah ada pola kesalahan negara dalam suatu kasus HAM.

"Jadi bagaimana kesalahannya, dan mengapa itu salah. Dan kita atas temuan itu, dorong bagaimana penyelesaiannya," kata dia.

Nurkholis mengaku bersyukur dalam pertemuan hari ini Panglima TNI Jenderal Moeldoko bersedia hadir untuk ikut serta dalam proses penyelesaian kasus HAM. Menurut dia, dalam dua pertemuan sebelumnya Moeldoko sempat tidak hadir.

Sementara itu, terkait adanya dugaan keterlibatan oknum aparat dalam sejumlah kasus HAM di masa lalu, Moeldoko meminta agar semua pihak memaafkan kesalahan pelaku jika terbukti bersalah. Menurut dia, saat ini yang terpenting yakni mengelola Bangsa Indonesia agar semakin baik di masa yang akan datang.

"Kita tidak boleh melupakan history, tapi kita perlu memaafkan," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kepala BNPT Apresiasi Densus 88 yang Proaktif Tangkap Residivis Teroris di Cikampek

Kepala BNPT Apresiasi Densus 88 yang Proaktif Tangkap Residivis Teroris di Cikampek

Nasional
Pertamina Luncurkan 'Gerbang Biru Ciliwung' untuk Kembangkan Ekosistem Sungai

Pertamina Luncurkan "Gerbang Biru Ciliwung" untuk Kembangkan Ekosistem Sungai

Nasional
Kriminolog Nilai Penjudi Online Mesti Dipandang sebagai Pelaku Pidana

Kriminolog Nilai Penjudi Online Mesti Dipandang sebagai Pelaku Pidana

Nasional
Harun Masiku Nyaris Diringkus di 2021, tapi Gagal Akibat KPK Ribut Internal

Harun Masiku Nyaris Diringkus di 2021, tapi Gagal Akibat KPK Ribut Internal

Nasional
Satgas Pangan Polri Awasi Impor Gula yang Masuk ke Tanjung Priok Jelang Idul Adha 2024

Satgas Pangan Polri Awasi Impor Gula yang Masuk ke Tanjung Priok Jelang Idul Adha 2024

Nasional
Eks Penyidik KPK Curiga Harun Masiku Tak Akan Ditangkap, Cuma Jadi Bahan 'Bargain'

Eks Penyidik KPK Curiga Harun Masiku Tak Akan Ditangkap, Cuma Jadi Bahan "Bargain"

Nasional
Sosiolog: Penjudi Online Bisa Disebut Korban, tapi Tak Perlu Diberi Bansos

Sosiolog: Penjudi Online Bisa Disebut Korban, tapi Tak Perlu Diberi Bansos

Nasional
KPK Hampir Tangkap Harun Masiku yang Nyamar Jadi Guru di Luar Negeri, tapi Gagal karena TWK

KPK Hampir Tangkap Harun Masiku yang Nyamar Jadi Guru di Luar Negeri, tapi Gagal karena TWK

Nasional
Minta Kemenag Antisipasi Masalah Saat Puncak Haji, Timwas Haji DPR: Pekerjaan Kita Belum Selesai

Minta Kemenag Antisipasi Masalah Saat Puncak Haji, Timwas Haji DPR: Pekerjaan Kita Belum Selesai

Nasional
Timwas Haji DPR RI Minta Kemenag Pastikan Ketersediaan Air dan Prioritaskan Lansia Selama Puncak Haji

Timwas Haji DPR RI Minta Kemenag Pastikan Ketersediaan Air dan Prioritaskan Lansia Selama Puncak Haji

Nasional
Timwas Haji DPR Minta Oknum Travel Haji yang Rugikan Jemaah Diberi Sanksi Tegas

Timwas Haji DPR Minta Oknum Travel Haji yang Rugikan Jemaah Diberi Sanksi Tegas

Nasional
Kontroversi Usulan Bansos untuk 'Korban' Judi Online

Kontroversi Usulan Bansos untuk "Korban" Judi Online

Nasional
Tenda Haji Jemaah Indonesia di Arafah Sempit, Kemenag Diminta Beri Penjelasan

Tenda Haji Jemaah Indonesia di Arafah Sempit, Kemenag Diminta Beri Penjelasan

Nasional
MUI Minta Satgas Judi Online Bertindak Tanpa Pandang Bulu

MUI Minta Satgas Judi Online Bertindak Tanpa Pandang Bulu

Nasional
Tolak Wacana Penjudi Online Diberi Bansos, MUI: Berjudi Pilihan Hidup Pelaku

Tolak Wacana Penjudi Online Diberi Bansos, MUI: Berjudi Pilihan Hidup Pelaku

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com