Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi-JK Diminta Jadi Motor Transparansi untuk Tebas Korupsi

Kompas.com - 23/08/2014, 09:20 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com -  Forum Komunikasi Komisi Informasi Provinsi (ForKIP) se-Indonesia, meminta presiden dan wakil presiden terpilih, Joko Widodo dan Jusuf Kalla, menjadi motor penggerak transparansi di Indonesia. Jokowi-JK juga diminta berkomitmen soal transparansi dan menjadikannya sebagai salah satu visi-misi kepemimpinan dalam pemerintahannya.

"Kultur birokrasi dan pemerintahan masih sangat tergantung atasannya. Sebagai pemimpin tertinggi, presiden harus mampu menggaungkan transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan hingga ke pelosok," kata Ketua Forum Komunikasi Komisi Informasi Provinsi (Forkip) Se-Indonesia, Juniardi, lewat siaran pers, Jumat (22/8/2014).

Transparansi dan akuntabilitas merupakan amanat Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2009 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Sejak diberlakukan pada 2010, kata Juniardi, implementasi UU tersebut di daerah masih kurang. Bukti kurangnya implementasi ini, sebut dia, adalah masih banyak kepala daerah yang terjerat perkara korupsi.

Juniardi berpendapat, tak banyak terimplementasikannya UU ini adalah karena kurangnya komitmen pimpinan lembaga dan kepala daerah. "Padahal transparansi dan akuntabilitas efektif mencegah korupsi yang mengakar di daerah," ujar dia.

Pencegah efektif korupsi

Forkip berharap kehadiran Jokowi-JK menjadi pemimpin Indonesia bisa menjadi momentum bagi bangsa Indonesia, khususnya dalam mendorong pimpinan pemerintahan di daerah untuk menjalankan pemerintahan secara transparan dan akuntabel.

Menurut Juniardi, transparansi akan mencegah korupsi dengan membuka ke publik proses pembahasan hingga realisasi anggaran, serta beragam kegiatan termasuk pembuatan kebijakan, aturan, dan proses lelang. "Sampaikan informasi publik kepada masyarakat. Jalankan pemerintahan dengan transparan dan akuntabel," ujar dia.

Dengan transparansi pula, kata Juniardi, peluang masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses penyusunan kebijakan akan lebih terbuka. Partisipasi publik ini akan menjadi ruang kontrol publik bagi penyelenggara negara.

Terlebih lagi, imbuh Juniardi, Indonsia saat ini memimpin Open Government Partnership (OGP), menggantikan Inggris sejak Oktober 2013. "Posisi ini semakin strategis untuk menegaskan komitmen keterbukaan informasi sebagai salah satu cara efektif dalam mencegah korupsi," kata dia.

Kementerian Dalam Negeri, tutur Juniardi, telah pula membentuk Satuan Tugas Percepatan Implementasi UU KIP. “Korupsi merupakan musuh bersama yang merusak moral serta sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, yang telah menjalar hingga struktur pemerintahan terkecil di tingkat desa."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usung Sohibul Iman Jadi Bakal Cagub, PKS Tegaskan Partai Pemenang Pileg di Jakarta

Usung Sohibul Iman Jadi Bakal Cagub, PKS Tegaskan Partai Pemenang Pileg di Jakarta

Nasional
KPAI Desak Polisi Transparan Dalam Kasus Kematian Pelajar 13 Tahun di Padang

KPAI Desak Polisi Transparan Dalam Kasus Kematian Pelajar 13 Tahun di Padang

Nasional
Rotasi Pj Gubernur, Mendagri Bantah Presiden Cawe-cawe Pilkada 2024

Rotasi Pj Gubernur, Mendagri Bantah Presiden Cawe-cawe Pilkada 2024

Nasional
PDN Diserang 'Ransomware', Komisi I Ingatkan Pentingnya Peningkatan Keamanan Siber

PDN Diserang "Ransomware", Komisi I Ingatkan Pentingnya Peningkatan Keamanan Siber

Nasional
PKS Jagokan Sohibul Iman di Jakarta, Airlangga Ingatkan Pilkada Butuh Koalisi

PKS Jagokan Sohibul Iman di Jakarta, Airlangga Ingatkan Pilkada Butuh Koalisi

Nasional
Staf Airlangga Jadi Pj Gubernur Sumsel, Mendagri: Kami Ingin Beri Pengalaman

Staf Airlangga Jadi Pj Gubernur Sumsel, Mendagri: Kami Ingin Beri Pengalaman

Nasional
Tanggapi Putusan MA, Mendagri: Pelantikan Kepala Daerah Tidak Perlu Serentak

Tanggapi Putusan MA, Mendagri: Pelantikan Kepala Daerah Tidak Perlu Serentak

Nasional
Badan Pengkajian MPR Sebut Wacana Amendemen UUD 1945 Terbuka untuk Didiskusikan

Badan Pengkajian MPR Sebut Wacana Amendemen UUD 1945 Terbuka untuk Didiskusikan

Nasional
Sahroni Didorong Maju Pilkada Jakarta, Paloh: Dia Punya Kapabilitas, tetapi Elektabilitasnya...

Sahroni Didorong Maju Pilkada Jakarta, Paloh: Dia Punya Kapabilitas, tetapi Elektabilitasnya...

Nasional
Istana Tetapkan Tema dan Logo HUT ke-79 RI: 'Nusantara Baru, Indonesia Maju'

Istana Tetapkan Tema dan Logo HUT ke-79 RI: "Nusantara Baru, Indonesia Maju"

Nasional
KPI Tegaskan Belum Pernah Terima Draf Resmi RUU Penyiaran

KPI Tegaskan Belum Pernah Terima Draf Resmi RUU Penyiaran

Nasional
Dinyatakan Langgar Etik, Bamsoet: Saya Tak Mau Berpolemik

Dinyatakan Langgar Etik, Bamsoet: Saya Tak Mau Berpolemik

Nasional
Pakar Sebut Prabowo Bakal Menang Mudah jika Presiden Dipilih MPR

Pakar Sebut Prabowo Bakal Menang Mudah jika Presiden Dipilih MPR

Nasional
Ungkap Hubungan Jokowi dan Surya Paloh, Willy Aditya: Habis Pemilu Berteman Lagi...

Ungkap Hubungan Jokowi dan Surya Paloh, Willy Aditya: Habis Pemilu Berteman Lagi...

Nasional
PDN Diserang 'Ransomware', Tanggung Jawab Penyedia Layanan Disorot

PDN Diserang "Ransomware", Tanggung Jawab Penyedia Layanan Disorot

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com