Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Pengakuan Mantan Peneliti IRC soal Survei Pendongkrak Popularitas

Kompas.com - 11/07/2014, 09:02 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan peneliti Indonesia Research Center (IRC), Asep Saepuddin, mengungkapkan permainan di balik survei-survei yang dilakukan lembaga itu. Menurut Asep, untuk menentukan sebuah lembaga survei kredibel atau tidak, perlu dilihat dari jejak rekam dan metodologi yang dipakai lembaga itu.

Asep menuturkan, survei yang dilakukan IRC sering kali ditujukan untuk kepentingan politik tertentu, terutama saat pemiliknya terjun ke dunia politik.

"Survei ini biasa dilakukan untuk dongkrak elektabilitas dan popularitas owner. Kadang dipakai juga untuk pilkada-pilkada, di mana (pemilik) di sana ikut meng-endorse sehingga terkesan ada peningkatan kinerja," ujar Asep kepada Kompas.com, Kamis (10/7/2014) malam.

Salah satu cara yang digunakan untuk memengaruhi hasil survei, kata Asep, adalah dalam tahap penentuan sampel. Asep menuturkan, jika penelitian dilakukan secara obyektif, penentuan sampel disesuaikan dengan data penduduk dari Badan Pusat Statistik. Namun, yang dilakukan IRC tidak demikian.

"Karena keterbatasan dana, sampling yang seharusnya bersifat probabilistik (acak, tanpa tujuan tertentu) diubah menjadi non-probabilistik (bertujuan tertentu, subyektivitas peneliti)," ujar Asep.

Dia mencontohkan, sampel yang diambil oleh IRC sering kali hanya melibatkan sampel yang terjangkau aksesnya. Selain itu, apabila ditujukan untuk kepentingan politik tertentu, IRC mengambil sampel di basis pendukung tertentu.

"Sehingga, hasilnya pun sesuai dengan keinginan klien. Saya bisa katakan, tingkat kesadaran akan penggunaan metodologi penelitian yang tepat sangat rendah di IRC. Sebagian besar rezim lama di IRC hanya memikirkan penghematan dana. Bagi peneliti, masalah dana seharusnya nomor sekian, yang terpenting metodologinya benar dan bisa dipertanggungjawabkan," papar Asep.

Terkait dengan hasil hitung cepat yang berbeda-beda, Asep juga meminta masyarakat untuk kritis. Asep menyarankan agar publik melihat siapa pemilik lembaga-lembaga survei itu dan jejak rekamnya selama ini dalam melakukan survei ataupun hitung cepat.

IRC adalah lembaga survei yang digunakan oleh kubu Prabowo-Hatta untuk mengklaim kemenangan. Berdasarkan hasil hitung cepat IRC, Prabowo-Hatta unggul dengan dukungan 51,11 persen dan Jokowi-Jusuf Kalla 48,89 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com