Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Gunung Es Kasus Paedofilia

Kompas.com - 19/04/2014, 03:52 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Terungkapnya dugaan kasus kejahatan seksual terhadap anak-anak atau paedofilia di taman kanak-kanak di JIS, sebuah sekolah internasional, menambah panjang rentetan perkara yang harus diselesaikan aparat kepolisian. Ada fenomena gunung es dalam perkara ini.

Sebelum kasus di JIS mencuat, Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dittipideksus) Bareskrim Polri juga tengah menangani kasus serupa dengan modus berbeda di Surabaya, Jawa Timur. Tim Cyber Crime Dittipideksus Bareskrim Polri menangkap Tjandra Adi Gunawan (37), Kamis (27/3/2014), dengan dugaan terlibat jaringan paedofilia internasional.

Kepala Subdit Cyber Crime Dittipideksus Bareskrim Polri Kombes Rahmad Wibowo mengatakan, Tjandra beraksi menggunakan akun palsu di laman Facebook. "Pelaku menggunakan identitas seorang dokter perempuan yang menawarkan jasa konsultasi gratis untuk alat reproduksi," ujar dia, Kamis (17/4/2014).

Dari hasil pemeriksaan sementara, kata Rahmad, Tjandra hanya butuh waktu 30 sampai 60 menit untuk membujuk korban menyerahkan foto alat pribadinya. Diduga, Tjandra sudah beraksi sejak 2014, dengan temuan tak kurang dari 10.000 foto porno yang didominasi gambar anak di bawah umur. Adapun korban yang sudah diketahui baru enam orang, dengan rentang usia 10-14 tahun.

Gunung es

Bareskrim Polri sebenarnya telah memiliki perangkat lunak canggih yang dapat mengungkap kasus pelecehan anak melalui media internet. Nama perangkat lunak itu adalah Child Exploitation Tracking System (CETS).

Delapan kepolisian daerah telah memiliki CETS, yakni polda untuk wilayah Sumatera Utara, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Namun, kata Rahmad, kehadiran perangkat tersebut tak bisa optimal ketika hanya sedikit keluarga korban yang berani melaporkan kasus yang menimpa anaknya kepada kepolisian.

“Seperti kasus kemarin, dari enam orang yang menjadi korban, hanya satu keluarga yang lapor. Bahkan, ada keluarga korban yang sampai tidak mengakui jika foto itu merupakan foto anak mereka, meski telah tersebar di media sosial,” ujar Rahmad. Banyak keluarga korban yang berpendapat bahwa aib tersebut tak perlu diungkap lebih luas.

Dalam dua tahun terakhir, lanjut Rahmad, hanya tiga kasus yang ditangani Subdit Cyber Crime terkait kejahatan pornografi anak yang mengarah paedofilia di dunia maya. Dia mengatakan, informasi soal kasus-kasus ini pun kerap datang dari lembaga atau institusi lain.

"Seperti kasus yang terjadi pertenghan 2012 lalu, kami menangkap orang Inggris yang tinggal di Indonesia karena menjadi pelaku paedofilia. Saat itu, kami mendapat informasi dari sebuah lembaga di Inggris yang concern menangani persoalan anak-anak,” kata Rahmad.

Menurut Rahmad, kasus paedofilia merupakan fenomena gunung es. "Korban sebetulnya banyak, tetapi yang berani mengungkap sedikit," kata dia. Karenanya, di permukaan, kasus seperti ini seolah tak banyak terjadi, padahal ada banyak kejadian tak terungkap.

Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Subdit Perjudian dan Asusila (Judisila) Direktorat Tindak Pidana Umum (Dittipidum) Bareskrim Polri AKBP Dwi Kornansiwaty sependapat dengan fenomena gunung es ini. Menurut dia, setidaknya ada 1.635 kasus asusila anak sepanjang 2013.

Rincian kasusnya, sebut Dwi, 614 pencabulan, 374 persetubuhan, dan 647 kekerasan fisik. Dia mengatakan, sulitnya pengungkapan kasus paedofilia juga terjadi karena faktor trauma mendalam dari para korban. Trauma itu menyebabkan mereka kesulitan menceritakan kasus kekerasan seksual yang dialaminya, sekalipun kepada orangtua mereka sendiri.

“Mana mungkin dia menjelaskan kepada orangtuanya kalau dia mengalami kekerasan seksual. Nggak bisa mereka menjelaskan, sangat tidak bisa. Korban yang JIS itu menjelaskannya pakai bahasa anak-anak sekali. Jadi susah sekali,” kata Dwi saat berbincang dengan Kompas.com di kantornya, Kamis.

Kesulitan lain, kata Ansi, jarang ada saksi yang tahu ketika kekerasan seksual terhadap anak-anak itu terjadi. Pada kasus JIS, misalnya, kejadian baru terungkap setelah orangtua korban curiga dengan tindak tanduk anaknya yang tak biasa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BKKBN Masih Verifikasi Situasi Stunting Terkini di Indonesia

BKKBN Masih Verifikasi Situasi Stunting Terkini di Indonesia

Nasional
Wapres: Kalau Keluarga Baik, Bangsa Indonesia Akan Baik

Wapres: Kalau Keluarga Baik, Bangsa Indonesia Akan Baik

Nasional
Kekuatan Oposisi Masih Tetap Dibutuhkan...

Kekuatan Oposisi Masih Tetap Dibutuhkan...

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, PKB Pastikan Tak Bakal Rusak Soliditas Koalisi Indonesia Maju

Dukung Prabowo-Gibran, PKB Pastikan Tak Bakal Rusak Soliditas Koalisi Indonesia Maju

Nasional
Senada dengan Nasdem, PKB Anggap Hak Angket Kecurangan Pemilu Kian Sulit Diwujudkan

Senada dengan Nasdem, PKB Anggap Hak Angket Kecurangan Pemilu Kian Sulit Diwujudkan

Nasional
Usai Dukung Prabowo-Gibran, Nasdem dan PKB Bilang Timnas Amin ‘Bubar’

Usai Dukung Prabowo-Gibran, Nasdem dan PKB Bilang Timnas Amin ‘Bubar’

Nasional
MK Sidangkan Sengketa Pileg 2024 Mulai 29 April, Sehari Puluhan Perkara

MK Sidangkan Sengketa Pileg 2024 Mulai 29 April, Sehari Puluhan Perkara

Nasional
Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, PKS: Pak Surya Paling Cantik Bermain Politik

Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, PKS: Pak Surya Paling Cantik Bermain Politik

Nasional
Penghormatan Terakhir PDI-P untuk Tumbu Saraswati...

Penghormatan Terakhir PDI-P untuk Tumbu Saraswati...

Nasional
Idrus Sebut Ada Posisi Strategis yang Ditawarkan jika Jokowi Masuk Golkar; Ketua Umum hingga Ketua Dewan Pembina

Idrus Sebut Ada Posisi Strategis yang Ditawarkan jika Jokowi Masuk Golkar; Ketua Umum hingga Ketua Dewan Pembina

Nasional
CSIS: Jumlah Caleg Perempuan Terpilih di DPR Naik, tapi Sebagian Terkait Dinasti Politik

CSIS: Jumlah Caleg Perempuan Terpilih di DPR Naik, tapi Sebagian Terkait Dinasti Politik

Nasional
Cak Imin Titip 8 Agenda Perubahan ke Prabowo, Eks Sekjen PKB: Belum 'Move On'

Cak Imin Titip 8 Agenda Perubahan ke Prabowo, Eks Sekjen PKB: Belum "Move On"

Nasional
CSIS: Caleg Perempuan Terpilih di Pemilu 2024 Terbanyak Sepanjang Sejarah sejak Reformasi

CSIS: Caleg Perempuan Terpilih di Pemilu 2024 Terbanyak Sepanjang Sejarah sejak Reformasi

Nasional
Prabowo-Gibran Disarankan Terima Masukkan Masyarakat saat Memilih Menteri, daripada 'Stabilo KPK'

Prabowo-Gibran Disarankan Terima Masukkan Masyarakat saat Memilih Menteri, daripada "Stabilo KPK"

Nasional
CSIS: Caleg Terpilih yang Terindikasi Dinasti Politik Terbanyak dari Nasdem, Disusul PDI-P

CSIS: Caleg Terpilih yang Terindikasi Dinasti Politik Terbanyak dari Nasdem, Disusul PDI-P

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com