"Polri segera mengevaluasi berbagai peralatannya, terutama alat sadap bantuan asing yang memang banyak dimiliki kepolisian," kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane melalui pesan singkat kepada wartawan, Rabu (20/11/2013).
Sejak peristiwa bom Bali tahun 2002, pemerintah Australia gencar memberikan bantuan kepada pemerintah Indonesia dalam rangka penanggulangan terorisme. Bantuan tersebut semakin ditingkatkan ketika peristiwa ledakan pada tahun 2004 di depan kantor Kedubes Australia di Jakarta.
Neta mengatakan, dari sejumlah peralatan yang dimiliki Densus 88, sebagian besar merupakan bantuan dari pemrintah Australia. Sehingga patut dicurigai jika pada alat tersebut telah ditanam alat penyadap yang lebih canggih daripada yang dimiliki Indonesia.
"Pemerintah dan jajaran intelijen negara perlu mewaspadai, kenapa intelijen Australia dan negara asing dapat dengan mudah menyadap Indonesia," katanya.
Neta menambahkan, jika dalam proses pengecekan alat memang ditemukan adanya alat sadap yang ditanam, maka Polri perlu segera menonaktifkan peralatan tersebut. Agar segala hal yang berkaitan dengan rahasia negara tak dapat dengan mudah dicolong negara lain.
Sebelumnya, informasi soal penyadapan terhadap Indonesia dilansir oleh AFP, Senin (18/11/2013). Informasi tersebut didasarkan pada dokumen rahasia yang dibocorkan oleh bekas intel Amerika Serikat, Edward Snowden.
Dokumen rahasia itu berhasil didapatkan oleh Australian Broadcasting Corporation (ABC) dan media Inggris, The Guardian. Dokumen tersebut menunjukkan bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sembilan orang yang masuk dalam lingkaran dalamnya menjadi target penyadapan Australia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.